Chapter 4
The Night Pleasure (Watty's 2021)
Malam ini pikirannya penuh oleh obsesi barunya pada pemuda itu, lalu melanjutkan acara minumnya yang tertunda.
Kali ini harus menuntaskan kebutuhannya seorang diri, sambil mengenang bagaimana ahlinya pemuda amatiran itu memberikannya kenikmatan.
Author POV
Malam ini, kediaman kedua milik keluarga Jeon, tepatnya yang saat ini dihuni oleh Jeon Jungkook, sang tuan muda tengah disibukkan oleh persiapan menghadiri undangan makan malam dirumah teman lama dibantu oleh kepala pelayan merangkap sahabatnya juga.
Saat Seokjin selesai menata rambut Jungkook menjadi sedikit ikal dibeberapa bagian, Jungkook terdiam kaku. Dua hari setelah pesta Tuan Min, pantulan dirinya dicermin sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda keberhasilan. Yang terlihat masihlah si pemalu, Jungkook, menatap balik kepadanya dari cermin riasnya itu.
Pemuda Jeon memiliki rambut berwarna hitam legam membosankan dan mata cokelat gelap, yang menurutnya terlihat besar dan mirip seekor kelinci.
Ia menatap bibirnya sendiri, sedikit tipis dan merasa sama sekali tidak memiliki bentuk yang menggairahkan. Jungkook memejamkan matanya, tidak ingin mengingat lagi kesalahan dan kegagalannya malam itu.
"Apakah kau baik-baik saja, Jungkook?" tanya Seokjin dengan lembut. "Aku hanya sedikit lelah saja, hyung." Seokjin tersenyum, tampak lega.
"Beberapa malam lalu, tidak biasanya kau pulang terlambat, Tuan Muda Jungkook, kau tak pernah seperti itu." dengan santai Seokjin melanjutkan tugasnya. "Tapi kau baik sekali mau untuk mempersiapkan diri dan menghadiri pada pesta itu. Apakah kau bersenang-senang, Tuan?"
Jungkook tersenyum, menatap Seokjin dibalik cerminnya, bertekad untuk tidak terlarut dalam pikirannya. "Iya, malam itu sangat menyenangkan."
"Aku yakin pakaianmu mengundang banyak pujian saat itu," balas Seokjin dengan ceria. Jungkook merasa kedua pipinya memanas, tetapi berhasil menjaga ekspresi wajahnya agar tetap santai. "Warna itu memang pilihan terbaik, tapi aku tidak yakin ada orang yang memperhatikanku sebanyak itu."
Ia berdiri cepat karena jika tidak segera mengalihkannya, ia takut akan terjebak dengan percakapan yang berbahaya. Berbohong pada Seokjin tentang tujuan kepergiannya atau berlatih sebelumnya untuk membalaskan dendam bukanlah ide bagus, terlalu berisiko.
Namun sekarang Jungkook meralat momen mana yang menjadi berisiko. Berlatih seorang diri dengan beberapa koleksi video biru dan mainan yang ia beli secara diam-diam, atau dibandingkan dengan pergi ke bilik itu dengan paha yang bergetar dan otot yang sakit, setelah pelepasan kenikmatan berdua.
Jungkook telah melakukannya. Ia telah menaklukkan playboy paling terkenal dikalangan atas itu, dan pergi begitu saja saat pria itu memohon agar diberitahu identitasnya.
Ia tidak meninggalkan pria itu dalam kondisi mendamba, seperti rencana awalnya, tapi bukankah itu lebih baik jika ia memuaskan dirinya sendiri? Merasakan pengalaman pelepasan semua gairah terpendam dalam yang dimilikinya?
"-makan malam nanti, Kook?"
"A-apa?" saat ia mengamati mata Seokjin dipenuhi oleh rasa penasaran karena tingkah anehnya, perut Jungkook terasa diremas.
"Aku tadi bertanya apakah kau sudah memutuskan pakaian apa yang akan kau gunakan untuk acara makan malam dirumah Yugeom, Tuan Muda Jungkook~"gurau Seokjin padanya untuk menghilangkan kecanggungan.
"Kemeja berwarna abu-abu dipadu celana bahan cokelat sepertinya cocok," jawabnya dengan cepat. Untuk selanjutnya dia berujar, "Itu saja Hyung, aku ingin makan siang yang ringan diruang santai dan katakan pada pak Han untuk menyiapkan mobil pada pukul delapan."
Seokjin membungkuk sebentar, dan pergi dengan tergesa-gesa. Sambil mengerang frustasi, Jungkook menunggu sampai pintu itu tertutup sebelum kembali ke kursinya.
Semua ini sangat membosankan. Makan malam dirumah Yugeom, teman lamanya, yang bersedia mengundangnya karena ingin reuni kembali.
Kemudian untuk beberapa hari kedepan, ia akan masuk kuliah kembali, lalu akan mengunjungi dan membantu ayahnya di pertemuan bersama kolega perusahaan mereka, menghadiri acara musik klasik kesukaannya, berpatisipasi di pertemuan bulanan anak-anak pengusaha atas. Dua minggu lagi ia harus menghadiri acara itu yang juga bertempat di hotel bintang 5, milik salah satu CEO muda bernama Kim Namjoon.
Kehidupannya secara rutin itu membuatnya terasa tercekik dan serasa membuatnya gila. Setelah merasakan kenikmatan percintaan yang begitu menggetarkan, sekarang ia ingin berteriak pada pola kehidupannya yang monoton, tak berujung, tak berhenti.
Kenangan jas maroon dan kemeja putih ia kenakan malam itu, tangan Mingyu dikulitnya, terasa seperti mimpi yang pudar-menggodanya, tetapi berada dikuar jangkaunya. Ia bertanya-tanya berapa lama tubuhnya akan melupakan pengalaman itu.
Tidak! itu semua sudah berakhir. Terlalu berbahaya untuk mengenang semua detail yang terjadi saat itu. Berbahaya untuknya mengingat sentuhan Mingyu. Terlalu berbahaya untuk ia pikirkan jika ia bisa selamanya menyimpan rahasia semacam itu.
Ia akan membiarkan kenangan itu memudar dan melupakan bahwa, selama beberapa saat yang menggairahkan itu, ia dapat menyecap rasa kehidupan yang berbeda dari hidupnya selama ini, sedikit berwarna, ketika saat ia ada dalam dekapan hangat seorang pria.
~~~
"Apa?"
"Seorang pemuda bermarga Jeon," ujar Taehyung dengan santai, mempertahankan matanya yang menatap netra Tuan Min Yoongi.
"Itu permintaan yang tidak bisa saya lakukan, Tuan Kim." Suara Tuan Min Yoongi terdengar pelan dan gugup, bertolak belakang dengan ekspresinya yang tenang. "Daftar tamuku adalah privasi, mereka yang datang.. mempercayakan aku untuk melindungi-"
Taehyung memotong perkataan Tuan Min dengan lambaian tangan. "Aku pergi selama beberapa tahun, Tuan, dan aku tidak berniat menimbulkan kesulitan untukmu dengan teman-teman dan tamumu. Aku tidak yakin apa yang harus aku katakan untuk meyakinkanmu tanpa mengunkapkan terlalu banyak alasan dari pencarianku ini."
Taehyung terdiam, manfaatkan reputasi tuan rumahnya yang terkenal sebagai pria yang bersikap dingin dan kaku itu, berbanding terbalik dengan acara pestanya yang menawarkan kebebasan, kepuasan tersembunyi. "Tapi, pemuda itu.."
"Iya?" balas Yoongi sambil bergeser ke pinggir kursi, terlihat sangat tertarik. "Membuatku tertarik," jawab Taehyung dengan senyuman yang sulit dimengerti, berharap strateginya ini akan menjadi bumerang untuk pria itu, "dan aku harus tahu siapa dia. Aku ingin tahu apakah kau bisa membantuku untuk menemukannya."
"Memang sudah menjadi hak pemuda itu untuk menghindari pengagum rahasianya, benar kan Tuan?" celetuk cepat Tuan Min. "Sepertinya itu juga menjadi hakku untuk mengejarnya. Aku bisa meyakinkanmu, Tuan Min, bahwa pemuda itu memberikan kode bahwa aku bukanlah pengagum yang diinginkan. Namun percakapan kami terusik oleh sesuatu, dan aku kehilangan jejaknya dalam keramaian."
Rahang Yoongi terbuka lebar dengan takjub saat mendengar pengakuan hubungan romantis. Terlebih ini sang Deadly CEO! Siapa yang akan menyangka hal iti mungkin terjadi? Siapa yang bisa menebak bahwa-
"Jadi, kau mau membantuku?" tekan Taehyung kembali sambil menaikkan sebelah alisnya. "Iya tentu saja!" ujar Min Yoong cepat dan bergerak dengan kecepatan mengagumkan untuk memutari mejanya, dan mencari sesuatu.
Dengan mata berkilau semangat, ia mengeluarkan daftar tamu undangan. Pria itu memeriksa nama yang tertera di aana, mencari nama pemuda yang paling mungkin menarik perhatian Sang CEO.
"Hmm.." Yoongi memberikan keterangan tambahan. "Terlalu tua.. datang dengan kostum berlebihan, hmm.. apakah ada lagi penjabaran pemuda itu yang bisa kau beri?"
Dengan sedikit keterangan tambahan dari Taehyung, mereka berhasil menyempitkan daftar tersebut menjadi hanya tersisa dua nama.
Jeon Jungkook
Jeon Soobin
"Sayangnya, aku tak mengingat kostum yang mereka gunakan saat itu," komentar Yoongi dengan kerutan di dahinya, "tapi, keduanya masih muda, jika aku tidak salah ingat." Taehyung menjaga ekspresi wajahnya agar tetap tenang. "Kau yakin keduanya menghadiri pestamu?"
Yoongi mengangkat bahu, "Sulit untuk memastikan karena ruangan pesta yang penuh dengan tamu menggunakan busana berbeda dan topeng. Mereka berdua mengirimkan konfirmasi kedatangan. Tapi sejujurnya, jika kau bilang pemuda itu 'menarik' kemungkinan besar dia adalah Soobin. Dia ada pemuda yang menarik dan menggairahkan, sangat mempesona."
"Warna rambutnya?" tanya Taehyung lebih mengerucut. "Coklat terang." Yoongi membalas cepat, sambil menyandarkan punggung kekursi. "Apakah itu warna rambut pemuda yang kau cari?"
Taehyung mengingat warna kecokelatan yang terdapat dirambut lurus pemuda itu dan merasa lega karena pencariannya mungkin berujung keberhasilan.
"Mungkin saja." anggukan diberikan Taehyung. "Aku tidak ingat ciri mencolok dari Tuan Jeon Jungkook. Aku pikir ia adalah pemuda yang membosankan dan biasa." ujar Tuan Min padanya.
"Aku terkejut kau memberikan undangan pada pemuda yang biasa dan membosankan.." celetuk Taehyung dengan sinis.
"Ah yah.. Tuan Muda Jeon Jungkook adalah teman lamaku dari masa sekolah, aku pikir ia tidak akan datang! Aku pernah bertemu dengannya di suatu acara dan berpikir bahwa tirai saja masih menarik daripada dia. Tapi, Ia adalah pemuda memesona dan sepertinya menjadi tamu pertama dan terbaik untukku!"
Kegembiraan Yoongi karena rumor tentangnya itu terbaca jelas, Taehyung membiarkan pria itu menikmati selama beberapa detik, sebelum ia menutup lubang berbahaya itu.
"Terima kasih atas bantuannya, Tuan Min. Tentu saja, masalah ini hanya akan menjadi rahasia kita berdua." ujar Taehyung dengan senyum penuh arti. "Oh tentu saja!" Min Yoongi menegaskan dengan cepat, nada antusias pria itu tidak dapat membodohinya.
Senyuman Taehyung memudar, ekspresinya berubah dingin. Ia memberikan tatapan tajam mengintimidasi.
"Jika aku mendengar masalah itu diluar ruangan ini, aku tahu kaulah uang membocorkannya. Aku akan merasa harus menegaskan pada semua dan setiap orang yang kutemui bahwa daftar peribadi mereka bisa diketahui oleh siapapun yang bertanya, asal mereka bersedia membayarmu."
"K-kau tidak berani melakukannya kan? ini adalah kebohongan!" panik Yoongi dengan nada sedikit tinggi dan bergetar.
Taehyung melempar cek yang berisi nominal uang yang tak sedikit diatas meja milik Tuan Min. "Sama sekali tidak." Taehyung berdiri dan berbalik, lalu pergi meninggalkan Min Yoongi yang gemetar dibelakang meja, merasakan ketakutan nyata.
TBC~
wiiiwoooo
i'm back guys hehehe up cepat kan XD
aku mau memuaskan hasrat kalian tentang cerita yang membingungkan ini. Entah kalian akan membuat teori seperti apa tentang semuanya, atau apakah bisa kalian menebak-nebak apa yang terjadi?
ditunggu komen kalian >-< yang pastinya kedepan akan lebih banyak misteri.. jangan lupa juga votenya ataupun saran/kritik yang membangun untuk book ini,
Sayang kalian banyak-banyak
I Purple U,
Swaggy