Back
/ 32
Chapter 12

Chapter 12

The Night Pleasure (Watty's 2021)

[Attention: untuk pembaca diharapkan dapat bijak, karena dibawah ada sedikit bagian NC, thanks]

Author POV

Pakaian Jungkook telah tiba dari kediamannya beberapa jam kemudian. Keberaniannya menciut saat melihat tas dan kopernya.

Jungkook menghela napas, dengan putus asa berharap ia bisa memperbaikinya, menghindari kritik Taehyung seperti sebelumnya. Setiap pakaiannya menegaskan betapa membosankan dan kaku dirinya.

Jungkook menggelengkan kepalanya melihat kesibukan disekelilingnya, dengan beberapa pelayan dan Sebastian yang mengatur pakaiannya dalam lemari.

Tidak seperti pemuda lain yang terobsesi pada fashion, Jungkook selalu ngeri saat harus memilih hal yang baru, menghindari pengamatan orang tiap kali mengenakan pakaian yang mencolok.

Taehyung muncul dari belakang. "Aku akan meminta seorang stylist. Kau membutuhkan beberapa pakaian baru." Jungkook mengumpat, Taehyung sialan, mencengkram dashboard kasur milik Taehyung lebih keras.

Taehyung mendekat dan menunduk untuk mencium pipi Jungkook dengan santai, tetap bertahan disana untuk berbisik lembut, "Tenanglah Jungkook." Taehyung merasakan ketegangan lenyap terganti ketenangan. "Aku benci saat harus mengukur pakaian baru, Taehyung."

"Kalau begitu, kita lihat apakah kita bisa membuat itu menjadi pengalaman menyenangkan untukmu. Dengan para pelayan pergi, dan aku akan membantumu memilih pakaian baru untukmu."

Tatapan Taehyung mengirimkan gelombang gairah dalam diri Jungkook. Taehyun terlalu menawan, dan pengalaman merasakan Taehyung mengambil kendali alih dirinya terasa menggiurkan.

Jungkook terkesiap, "Untuk seorang pemuda tak boleh.. maksudku, aku pikir tidak pantas jika kau-" Jungkook kehabisan kata-kata saat melihat wajah Taehyung.

"Aku menjanjikan padamu satu musim yang memuaskan, Sayang." bisikan halus membelai sebelah kupingnya. "Iya, tapi aku tak melihat apa hubungannya dengan pakaian, Taehyung."

"Dan kau berjanji untuk menjadi milikku sepenuhnya." Taehyung mengangkat satu tangan Jungkook, mencium jemari lentiknya, kemudian mengalihkan mata darinya, Taehyunh berkata pada pelayan.

"Sebastian, kau boleh pergi. Kau dan lainnya bisa menyelesaikannya nanti." Dalam sekejap, mereka semua pergi, tinggal mereka berdua.

"Mungkin kita perlu memesan pakaian dalam saat memesan pakaian baru untukmu. Toh, kau tak akan memerlukannya nanti." dengan sensual Taehyung berucap sambil menjilat bibir bawahnya yang terasa kering.

Jungkook melangkah mendekati Taehyung, dengan kilat pemberontakan dimatanya. "Tae, pakaian dalam bukan bagian dari kesepakatan."

"Aku menginginkanmu seperti saat aku menemukanmu, Jungkook. Siap untukku setiap saat." Jungkook mengelengkan kepala pelan.

"Kau memang mesum." sindir Jungkook main-main. "Aku tak yakin kau akan lebih suka jika aku bersikap baik, Sayang." rona dipipi Jungkook kembali, memberikan respon yang diinginkan Taehyumg. "Bersikaplah lebih baik, kau mungkin akan terkejut nantinya."

Jungkook menatap Taehyung, meyakinkan hidupnya setelah ini akan semakin berubah. Kemarin, Taehyung menguasainya di kebun belakang, dan membuat dunianya berputar dengan liar oleh gelombang gairah dan kepuasan.

Rasanya masih sulit untuk dipercaya bahwa ia melepaskan diri dari kehidupannya yang membosankan dan menjadi kekasih seorang CEO, Kim Taehyung.

"Apa yang sedang kau pikirkan, Sayangku?" Taehyung mengamati Jungkook hati-hatu, kemampuan Taehyung untuk membaca pikirannya membuat jantung Jungkook berdegup kencang.

"Aku sedang berpikir apakah mungkin kau memang seorang berpengaruh di kota ini... tak ada seorang pun yang mungkin akan percaya jika melihatmu seperti ini."

Ia menyentuh satu kemeja satin hitam yang berada di atas kasur. "Banyak orang memiliki affair rahasia, Taehyung. Aku..aku pikir aku lebih suka menjadikannya sebagai..."

"Rahasia?" Ekspresi Taehyung semakin sulit terbaca. "Gairag bukanlah sesuatu yang membuat malu, Jungkook. Mungkin untuk beberapa saat kau akan merasa sedikit bersalah. Aku tak melihat perlunya kita untuk memperdulikan omongan orang tentang situasi ini. Apakah secepat itu kau menyerah dan melupakan janjimu, Sayang?"

"Tidak, bukan begitu." rona merah semakin terlihat. Ia menatap Taehyung. Reputasinya akan hancur. Seharusnya saat ini ia kan menangis dan terpuruk, bukannya merona dan menunggu Taehyung akan menyentuhnya lagi.

Taehyung bergerak untuk duduk di atas kasur didepan Jungkook. Menarik tangan pemuda itu kedalam genggamannya.

Jemari besar dan maskulin itu membelai tangannya lembut saat berbicara. "Ada cukup banyak waktu untuk memikirkan hal lain, seperti pakaian barumu dan detailnya. Lebih penting dari hal lain. Apakah aku harus mengalihkan pikiranmu?"

"Kau sudah melakukannya, tanpa perlu berusaha." dengus Jungkook kepada Taehyung. " Mungkin sebagai kekasihmu, aku harus belajar untuk membalasnya."

Taehyung tertawa. "Aku sudah tak sabar menunggu siksaan menyenangkan darimu, Sayangku." senyuman nakal diberikan oleh Taehyung, dan ide terlintas dikepala Jungkook.

"Aku sedang berpikir kau kemarin sengaja meninggalkanku dengan keadaan tak terpuaskan di malam acara itu." Jungkook menundukan dagunya dan memberikan tatapan malu-malu pada Taehyung melalui bulu matanya yang lentik, berusaha menggoda pria itu.

Napas Taehyung tersendat, dan Jungkook merasa bangga dengan kemampuannya dapat mempengaruhi Taehyung. Ia beranjak mendekat, dengan sengaja berdiri diantara kedua lutut pria itu.

Kemudian berlutut di atas karpet diantara kaki Taehyung, matanya teru menatap lurus Taehyung. "Aku berniat meninggalkanmu dalam keadaan tak terpuaskan?" tanya Taehyung hati-hati.

Menduga apakah Jungkook bisa mengetahui betapa sulit dirinya saat meninggalkan Jungkook yang sudah terangsang saat itu.

"Aku berniat menghukummu. Dan sekarang giliranmu, Tuan Kim Taehyung yang Terhormat." Jungkook meletakkan tanganta diatas lutut Taehyung. Matanya terkunci pada hadiahnya.

Celana itu tampak ketat oleh gundukan kejantanan Taehyung yang membengkak. Jungkook tersenyum jahil, menjilat bibirnya tak sabar untuk merasakan keperkasaan itu.

"Kau harus menahan tanganmu tetap pada kedua sisi tubuhmu," perintah Jungkook kepada Taehyung sambil mendesahm "Jika kau bergerak menyentuhku, atau ikut campur, maka aku akan langsung berhenti." seringai menghiasi wajah bersemu penuh kenakalan milik Jungkook.

"Dasar nakal," balas Taehyung, namun menuruti perintah Jungkook, cengkramannya berada dikasur, menguatkan diri untuk menahan siksaan baru dari Jungkook.

Tangan Jungkook menyusuri pahanya, menyentuh sangat lamban dan penuh dengan gerakan sensual. Bertekad membuat Taehyung memohon padanya untuk kali ini. Jungkook menggeser tangannya dan menikmati reaksi tubuh Taehyung  Napas Taehyung memburu, dan ia bisa merasakan panas tubuh Taehyung melalu celana bahan diatas jemarinya.

"Sudah cukup siksaan ini, Jungkook, sentuh aku." erang Taehyung, pinggul sedikit terangkat seirama tekanan tangan Jungkook yang menelusuri sisi paha dalamnya.

Jungkook menyeringai, seringai lebih menawan dan tak berbelas kasih yang membuat darah Taehyung berdesir, jemari Jungkook bergerak perlahan kearah kancing celananya.

Lidah Jungkook terjulur untuk menjilat bibir bawahnya, saat menarik celana Taehyung turun. Jungkook berhenti untuk memastikan bahwa Taehyung memahami Jungkook benar akan bisa membuatnya tersiksa.

"Jungkook, aku mohon secara serius," Jungkook tertawa dengan suara serak. Jelas ikut merasakan gairah yang sama. "Kau tak bisa berpura-pura memohon hanya untuk mendapatkan keinginanmu, Taehyung sayang. Tapi aku rasa, karena kau telah bersikap baik... sejauh ini.."

Jungkook mulai membuka celana dalam itu perlahan-lahan, dengan sengaja membuat Taehyung semakin kehilangan kendali atas dirinya. Sial, Jungkook terlalu cepat belajar untuk dapat membutnya gila seperti sekarang.

TBC~

I'm back guys~ Bagaimana kesan kalian sejauh ini dengan perubahan Jungkook yang baru? lebih baik dulu atau sekarang? Pendapat kalian seperti apa..?

Jangan lupa vomment nya ya sayang-sayangku~ terima kasih juga untuk komen dan vote sebelumnya, juga telah menemani Journey bersama book ku sejauh ini..

Makin sayang kalian banyak-banyak

I Purple U

Swaggy

Share This Chapter