Chapter 11
The Night Pleasure (Watty's 2021)
Author POV
Jungkook terbangun, akibat sinar matahari masuk melalui celah tirai dan masuk kekamar hingga ke atas tempat tidur. Jantungnya berpacu saat kenyataan menghantamnya.
Ia sendirian, terbaring telanjang dibalik selimut diranjang pria itu, dikamar pria itu, dirumah pria itu! Semalam ia mendatangi Taehyung, menyerahkan dirinya layaknya seorang pelacur.
Ia tak menutupi apapun dari Taehyung, memohon kepadanya untuk dipuaskan lagi dan lagi. Ia merasakan kelembutan dibagian pangkal pahanya dan sedikit memar dikulitnya akibat tanda pergumulan semalam.
Wajah Jungkook memerah. Dengan panik, ia menoleh ke sekitar kamar untuk mencari barang-barangnya.
Aku datang untuk mengakhiri semuanya, ucapnya dalam hati, tapi sebagian hatinya yang lain berkata itu semua bohong. Jungkook meremang, mengenyahkan perang batin yang dialaminya.
Jungkook pun perlahan bangun dari tempat tidur, melilit sprei ditubuh telanjangnya, dan mencari pakaiannya. Ia harus segera pergi dari sini dan jika Kim Taehyung masih berani mencari di depan umum, ia akan-
Ia terpaksa harus meninggalkan rumah ini dengan lilitan sprei jika pakaiannya tak segera ditemukan. Pakaiannya tak dapat di temukan dimana pun.
Ia meringis membayangkan rasa malu yang haarus ia tanggung saat mengaku kepada pelayan bahwa ia kehilangan pakaiannya dikamar tidur majikan pelayan itu. Senyum miris tersungging dibibirnya saat membayangkan ia harus berjinjit di lorong hanya dengan balutan sprei.
Tiba-tiba renungannya terpaksa berhenti saat sebuah suara mengintrupsinya. "Mohon maaf, Tuan." suara seorang membuat Jungkook memekik terkejut dan melompat berdiri, menarik sprei lebih erat kepelukannya. Menutupi tubuhnya lebih rapat. Pipinya memerah karena malu.
Di ambang pintu, pelayan utu terlihat gelisah. "Saya tak bermaksud untuk mengejutkan anda, Tuan. Saya Sebastian." ujarnya penuh hormat sambil membungkuk.
"Ah ti-tidak aku.. aku hanya.." Jungkook kesulitan untuk menelan, serasa benar-benar kering. "Aku hanya mencari barang-barangku." Pelayan itu bertubuh semampai dan tegap, berambut ikal dengan warna pirang dan terus berdiri diambang pintu.
"Pakaian anda sedang disetrika, tapi Tuan besar mengatakan anda tak memerlukannya sekarang. Saya sudah menyiapkan pakaian santai untuk anda, lalu setelahnya mengantarkan anda untuk sarapan."
Jungkook menelan komentar tentang kelancangan Tuan Besar Kim yang mengatakan ia tak membutuhkan pakaiannya sekarang.
Namun, ia bisa merasakan wajahnya semakin memerah saat berusaha menahan amarahnya. "Ak-aku tak lapar, Sebastian-ssi. Tolong ambilkan saja pakaianku dan pastikan bahwa-"
"Oh tidak!" Sebastian menggeleng kuat, ketakutan tampak jelas dimatanya, pelayan itu memilih masuk kedalam kamar.
"Dia mengatakannya dengan sangat tegas, dan saya takut itu tak dapat dibantah." Sebelum Jungkook bisa membantah, Sebastian berbicara.
"Tolong tunggu sebentar disini, saya akan kembali membawakan pakaian untuk anda." Pelayan itu pergi dengan cepat.
Beberapa saat kemudian Sebastian datang, membuyarkan rencananya untuk menyusuri jalanan Seoul hanya mengenakan pakaian pemberian pelayan itu.
"Ini dia, Tuan." Pelayan itu menyerahkan kemeja sutra berwarna lavender dan celana jogger longgar warna putih, serta celana dalam.
"Saya pikir, ini akan cocok untuk anda dan ada juga sandal yang serasi. "Punya siapa barang ini?" perut Jungkook serasa diremas melihat pakaian itu, membayangkan hal-hal tak terpikirkan sebelumnya dirumah ini. "Apa-apakah Tuan Besarmu sudah menikah?" bisik Jungkook ngeri.
"Tidak, Tuan." Sebastian mengulurkan pakaian itu. "Semua dibeli sejak bertahun lalu, tapi tak pernah digunakan. Tuan Besar meminta anda untuk segera membersihkan diri dan mengenakan ini. Ia sudah menunggu lama."
~~~
"Nah, sudah selesai, Tuan. Menurut saya, anda sudah siap untuk turun." Jungkook menunduk, mengagumi pakaian santau yang dikenakannya. Kemeja inu membentuk tubuhnya dengan sangat baik, segalanya sangat pas.
Saat melangkahkan kaki kedepan, Sebastian melengkapi penampilannya dengan memasang kalung choker dari pita berwarna lavender di leher Jungkook. Jungkook mengulurkan tangan, menyentuhnya lembut, meski sedikit keberatan, namun ia terlihat indah.
"Ada hal lain yang saya bisa bantu, Tuan?" ungkap Sebastian setelahnya. "Tidak," Jungkook berhasil menjawab, berusaha untuk melawan sensasi aneh bahwa hidupnya sudah bukan seperti dulu lagi.
Jungkook akan mengucapkan selamat tinggal kepada Kim Taehyung dengan sopan dan menyingkir dari kehidupan pria itu sejauh mungkin.
"Tolong bawa aku menemui Tuanmu. Aku ada jadwal penuh pagi ini, dan aku membutuhkan kendaraan untuk pulang ke rumah." balas Jungkook kembali setelah dapat menghilangkan kegugupannya dan menggantinya dengan sedikit senyuman kepada Sebastian. Sebastian menggangguk.
"Anda bisa mengikuti saya, Tuan?" Jungkook mengangkat dagu, mengikuti Sebastian menyusuri lorong yang panjang, kemudia menuruni tangga sambil mengamati seluruh kediaman Kim Taehyung, ini benar megah dan indah.
Matanya menoleh kesekeliling saat melewati beberapa pegawak yang sedang sibuk bekerja. "Didalam sana, Tuan." instruksi Sebastian membuyarkan lamunannya.
Jungkook masuk melalui pintu dan berhenti saat melihat meja dan kursi diatur dibagian tengah. Tak seperti ruangan laib yang pernah ia lihat, ini begitu tenang dan mengundang, dengan langit-langit tinggi dan pilar besar, berwarna emas, menambah aksen interior kemegahan saat terpapar sinar matahari.
Jungkook berjalan kearah meja, diatasnya sudah disiapkan berbagai peralatan kristal dan perak untuk dua orang. "Aku mulai berpikir aku harus menggendongmu turun, Jeon Jungkook." suara Taehyung terdengar dari arah belakang Jungkook.
Jungkook berbalik perlahan untuk menghadap pria itu, kehadirannya mampu mempengaruhi syarafnya. Taehyung mengenakan pakaian kemeja putih loose, celana bahan cokelat, tampak rapi tak bercela, tampak sedang mengharapkan kedatangan tamu, wajah tampannya sulit untuk dibaca.
Mata Taehyung menilai penampilan Jungkook. Terlihat pas saat Jungkook mengenakan pakaian yang telah disiapkan olehnya. "Kau sangat menawan, Jungkook."
Jungkook ingin berteriak saat perkataan Taehyung membuat rona merah samar merayap ke wajahnya, dan itu tak luput dari pandangan Taehyung. "Tolong.. aku menginginkan pakaian milikku kembali."
"Untuk apa?" tanya Taehyung, pura-pura terkejut. "Warna kemeja ini jauh lebih cocok untukmu, dan kelihatannya, lebih nyaman dari pada pakaianmu semalam." lanjutnya dengan lebih santai.
"Kita tidak sedang membahas pilihan fashion-ku!" Jungkook menyilangkan lengan, syarat marah, "Kau tak punya hak menahanku disini! Aku membutuhkan pakaianku."
"Terserah, Kau bisa mengenakan pakaian apapun yang kau inginkan. Tak ada bedanya, karena aku yakin aku lebih tertarik saat melihatmu tanpa pakaian. Ayolah Jungkook." alasan Taehyung dengan penuh yakin. "Yang aku tahu, pelayanku dikediaman berpikir aku diculik."
"Tidak sama sekali," Jawab Taehyung lebih santai dan tenang. "Dengan krim? gula?" mata Jungkook membelalak, saat melihat Taehyung tersenyum, sangat tenang dalam menanggapinya.
"A-aku tak mungkin tinggal disini! Reputasiku, Taehyung! Jika ada yang tahu aku datang kemari, sendirian, dan menginap, orang akan berpikir.. dan mereka menyadari bahwa kita telah..." Taehyung menaikkan sebelah alisnya saat melihat Jungkook tak mampu memberikan nama atas perbuatan mereka.
"Kau mengkhawatikan yang tidak sepantasnya, Jungkook. Meski aku tau kritikan orang bisa pedas, tapi sejauh yang aku tahu, semuanya hanyalah ancaman kosong."
"Ancaman kosong? ini skandal, Taehyung!" bantah Jungkook dengan nada suara yaang sedikit naik, lebih frustasi dari yang ia bayangkan. "Ah.. skandal.. sayangnya aku serius dengan apa yang kukatakan semalam.
Semua sama sekali tak membuatku khawatir." Taehyung bersandar santai. "Aku ingin pulang ke rumah." Jungkook kesal, tatapannya lebih tertarik pada lantai marmer disana. Dalam sekejap, Taehyung berada disampingnya, sikap acuh pria itu lenyap. Taehyung mencengkram salah satu lengannya, ekspresinya terlihat muram "Tinggallah."
"Aku.. aku tak bisa, nama baikku akan hancur. Ayah dan orang-orang akan tahu dan membicarakan hal ini, Taehyung." mengalihkan tatapan pada pria itu, dengan suara yang lebih tenang.
"Biarkan saja, memang apa yang kau harapkan dari kehidupan sunyi dan membosankanmu, Jungkook? Mengikuti tiap pertemuan muda-mudi dengan kesendirian? Lalu melupakan keberadaanmu?" Air mata Jungkook mengenang dipelupuk, mengingat kondisi menyedihkan itu.
"Lepaskan aku, Taehyung."
"Kau bukan pemuda seperti itu, Jungkook." jelas Taehyung meyakinkannya. "Ja-jangan.. apa sebenarnya yang kau inginkan dariku?" kembali menatap mata tajam iti, menahan kegundahan hatinya.
"Aku menginginkanmu, Jungkook. Aku menginginkanmu ditempat tidurku, dirumahku. Tinggallah." Cengkraman itu semakin mengerat, dengan Taehyung yang menatapnya balik penuh harap. "Dan bersandirwara sebagai kekasihmu?"
Taehyung tersenyum mendengar pilihan kata Jungkook, tapi ia memutuskan bahwa pemudanya harus menerima pengaturan yang ia buat.
Ia tak akan berpura-pura atau menghujani Jungkook dengan janji palsu. Namun, yang pasti, ia tak berniat untuk membiarkan Jungkook pergi. "Kau tak akan bersandiwara." Jelasnya dengan tegas. Jungkook terkesiap, namun ia menyadari suatu hal dibalik tawaran ini. "Kau ingin a-aku sebagai.. kekasihmu?"
"Sepanjang musim ini," Tegas Taehyung mengikuti instingnya, memanfaatkan kondisi Jungkook yang masih terkejut. "Coba kau pikirkan, Kook. Apa gunanya satu malam? itu masih tak cukup, tak peduli betapa pun memuaskannya. Dan aku tak bisa melepaskanmu semudah itu, Jungkook."
Jungkook menundukkan mata dan menggigit bibirnya, kebiasaannya yang terlihat oleh Taehyung, sangat menggoda. Taehyung perlu mengingatkan dirinya lagi, bahwa Jungkook adalah alatnya untuk membalas dendam, tak lebih dari itu.
"Aku menduga, kau sudah menunggu lama untuk merasakan gairah ini, mengalami kenikmatan yang sesungguhnya. Jalanilah petualangan ini bersamaku, Jungkook-ah. Aku tahu langkah ini berat untuk diambil,"
Perlahan Taehyung membubuhkan kecupan lembut pada kening Jungkook sebelum melanjutkan, "Tapi aku pernah melihatmu mengambil langkah sama beratnya, kali ini kau tak sendirian."
Jungkook memiringkan kepala. "Risikonya?" tanyanya. "Tak masalah, setelah ini jadwalmu yang tak terlalu penting akan menghilang. Sementara kita akan menyadarkan masyarakat akan keindahanmu, semua orang akan bertanya-bertanya selama ini mereka tak menyadari keelokan pemuda dihadapanku ini." Kekuatan kata-kata itu, melunturkan tembok yang sedang Jungkook bangun.
"Aku masih berusia dua puluh satu tahun, ada banyak pemuda yang lebih berpengalaman, yang bisa memuaskanmu. Dan aku bukanlah pemuda indah yang-" Taehyung mencium Jungkook, menelan protesan itu lebih jauh.
Jungkook menyerah pada serangan dadakan ini, lidahnya menyamai lidah Taehyung menjelajah, menghisap, mengeksplorasi lebih jauh didalam mulut masing-masing.
Saat lutut Jungkook menyerah, Taehyung melepaskan bibir itu, senyum merekah di bibir tebalnya. Mendekap Jungkook dengan eratm "Biarkan aku membuatmu bergairah, Jungkook," suara pria itu terdengar serak, tangan Taehyung menurunkan tangan Jungkook pada kejantanannya, agar ia bisa merasakan bukti gairah pria itu dibalik celana bahannya.
"Satu musim penuh dengan kepuasan, dan aku baru akan melepaskanmu. Tapi, selama beberapa minggu yang tersisa ini, kau harus setuju untuk menjadi milikku, sepenuhnya." lanjut Taehyung. "Milikmu seutuhnya?" suara Jungkook terdengar lirih, membayangkan ia memberi lebih pada Taehyung dibanding sebelumnya.
"Ya, sepenuhnya, Pemudaku" tegas Taehyung tanpa dibantah. Jungkook akan menjadi miliknya, sepanjang musim ini.
TBC~
Oh yeah kembali dengan chapter tawar-menawar hehehehe
Menurut kalian apakah semuanya akan berjalan sesuai rencana Taehyung atau tidak? apakah kehidupan mereka hanya sebatas kesepakatan itu? bagaimana menurut kalian?
Jangan lupa komen dan vote untuk chapter kali ini, dan vomment di chap sebelumnya terima kasih banyak ð
See u soon~
Sayang kalian banyak sampai melimpah-limpah :)
I Purple U
Swaggy