Back
/ 32
Chapter 9

Chapter 9

The Night Pleasure (Watty's 2021)

Taehyung menuang whisky, mengamati cairan berwarna kekunungan itu berada dalam gelas. Ia mencoba mengabaikan suara dentingan jam di aula bawah, yang mengumumkan waktu saat ini.

Sudah tengah malam dan Jungkook belum datang. Sambil menyesap rasa minuman itu, ia mengingatkan dirinya bahwa kedatangan Jungkook sama sekali tidak penting. Kepekaan seorang pemuda bisa menggagalkan rencana paling matang sekali pun-

"Seorang pemuda ingin menemuai anda, Tuan." Mark, kepala pelayan miliknya mengumumkan dengan ekspresi datar, tak mau menyampaikan pendapatnya mengenai pemuda yang datang mengunjungi pria pada larut malam, saat sebagian besar pemuda seumurnya sudah pulang ke rumah masing-masing.

"Bawa ia masuk, dan pastikan kami tidak diganggu," perintah Taehyung. Kepala pelayan membungkuk hormat, dan tidak berapa lama kemudian, Jungkook sudah berada didepannya.

Dengan gemetar dan gelisah, dalam busana kemeja oversized berwarna abu-abu, dengan wajah pucat dan mata sayu, yang membuat Taehyung sulit menemukan jejak pemuda yang ia temui dipesta topeng Tuan Min Yoongi.

Taehyung mengamati Jungkook yang hanya mengambil enam langkah pendrk masuk ke ruangannya dan berhenti, memasang sikap kaku dan tak terjangkau. Namun, Jungkook salah memperhitungkan. Segala hal tentang Jungkook memberi isyarat jelas pada Taehyung.

"Aku.. aku datang untuk.." Jungkook menyodorkan kartu yang diberikan Taehyung, jemarinya gemetar, dan Taehyung merasakan tubuhnya menegang, mengeras, saat Jungkook menggigit bibir bawahnya yang ranum dan merekah.

Taehyung memaksakan diri untuk memfokuskan diri pada kartu ditangan Jungkook. Mata Jungkook tertunduk, mengikuti arah mata Taehyung, tetapi terangkat lagi dengan sorot memohon. " Apapun permainan yang kau rencanakan, aku datang untuk mengatakan padamu bahwa aku tidak tertarik untuk ikut didalamnya, Tuan."

Taehyung berdiri, mengamati Jungkook, dan bertanya-tanya bagaimana mungkin pemuda itu bisa mempengaruhinya. Jungkook adalah pemuda dengan keindahan yang tersembunyi.

Dengan warna rambut hitam legam, dan mata bambinya, dan ditengah pesta dengan berbagai tamu yang datang, ia bisa mengerti kenapa Jungkook bisa terabaikan. Sebagian pria memang sering melewatkan kecantikan sebutir mutiara ditengah potongan kaca berwarna-warni yang tak berharga.

Taehyung puas bahwa ia tidak termasuk kedalam 'sebagian pria' yang tak teliti itu, namun ia teringat bukan hanya dia yang satu-satunya memperhatikan Jungkook.

Kim Mingyu juga pasti melihat kelebihan pemuda ini. Pikiran itu membulatkan tekadnya, lebih menginginkan Jungkook. Jika Jungkook memang bersekutu dengan Mingyu, pemuda itu tidak pantas untuk dikasihi. Jungkook bukanlah pemuda yang polos.

Saat berada di kebun belakang itu, Taehyunh mengagumi keindahan tubuh Jungkook, alis yang sempurna, dan mata bambinya.

Bibir tipis Jungkook yang menggoda, yang saat ini dikerutkan jengkel padanyam Kulit porselein Jungkook, dan ia masih mengingat rasa kulit itu dijemarinya.

Jungkook yang mengenakan oversized tak mampu menutup lekuk tubuhnya. Ia sudah terlalu banyak melihat tubuh itu, tak bisa dibodohi.

Jungkook mengabaikan tatapan Taehyung, bergerak masuk lebih dalam dan mendekat. "Aku datang untuk mengembalikan kartumu."

Taehyung menggeleng, mengambil kartu dari tangan Jungkook dan menjatuhkannya ke lantai berkarpet diruang itu. "Bukan itu alasan kedatangan mu kesini, Jungkook."

"Tentu saja itu alasan kedatanganku!" Jungkook teguh, tak tergoyahkan, dagunya terangkat, menentang Taehyung untuk menyebut pemuda itu sebagai pembohong.

"Siapa kau?" ujarnya kembali. "Apakah kau ingin mendengarkan seluruh gelarku? Kau mungkin akan terkesan mendengarnya, tapi jika kau bersikeras, aku bisa menyebutkannya."

"Hentikan! Jika kau bermaksud mempermalukan aku, menurutku kau sudah berhasil mencapai tujuanmu. Kau sudah menjadikan aku sebagai bahan leluconmu, Tuan. Sekarang, aku memintamu mengakhiri permainanmu ini."

"Bukan permainan, Tuan Jeon Jungkook. Sejak pesta topeng, saat kau menolak menyebutkan namamu, aku sudah kepalang penasaran." balas Taehyung tenang.

"I-itu adalah sebuah kesalahan," jawab Jungkook dengan cepat, membenci gelombang gairah yang perlahan merayap disekujur tubuhnya saat mengingat kejadian itu. "Sebuah kesalahan yang tak akan ku ulangi lagi."

"Benarkah?" sebelah alis Taehyung terangkat. Taehyung melihat kedua pipi Jungkook merona, pertanda berbohong. Ia berdiri melewati Jungkook menuju kursi didepan perapian.

Melihat kebingungan Jungkook yang terlihat nyata, ia menyunggingkan senyum kemenangan. "Sungguh," balas Jungkook. Ia menegakkan bahunya. "Saat itu aku hanya sedang lemah dan tidak akan pernah-"

"Dan yang di kebun itu?" potong Taehyung dengan santai. "K-kaum...menghadangku saat aku lengah." Mata Jungkook menunduk.

Sial, tegas Jungkook kepada dirinya sendiri, ini bukan tentang kemampuan merayu yang dimiliki pria itu! " Kau mendapatkan kesan yanh salah terhadapku, Tuan."

"Sungguh?" Taehyung bersandar dan memberikan perhatian penuh pada Jungkook. "Kesan apa?" tanya kembali. "Ka-kau hmm.. sepertinya berpikir aku..." Jungkook tergagap, bertanya-tanya bagaimana mungkin ia sampai bisa datang ke tempat ini, melakukan percakapan, dimalam selarut ini.

"Aku tidak... bukan kebiasaanku untuk mendatangi orang asing diacara seperti itu, atau mengikuti mereka didepan umum." Jungkook meremas tangannya furstasi. "Kau tahu dengan pasti kesan apa yang aku maksud, dasar bajingan! Kau sengaja membuat semua ini semakin sulit untukku!"

Taehyung menggelengkan kepalanya. "Sama sekali tidak. Apakah aku harus mengatakan padamu kesan apa yang aku dapat, Jeon Jungkook?" Jungkook menggeleng. Taehyung tersenyum, "Jika kau beriskeras."

Taehyung mendekat sampai pria itu persis berhadapan dengan Jungkook. Matanya mengamati wajah elok Jungkook, beralih ke tubuhnya. Jungkook menahan napas karena merasa lemah.

"Aku melihat," mulai Taehyung dengan santai, "seorang pemuda yang ingin mengeksplor kebutuhannya dan yang tidak takut untuk dikagumi oleh seorang pria.

Aku melihat seorang pemuda yang pemberani." Jungkook terkesiap dengan kata-kata itu. "Aku bukan pemberani, Tuan. Aku bukan-"

"Tapi, malam ini kau secara sukarela datang kemari, padahal kau mengetahui risikonya Semua itu tidak mengehentikanmu, Tuan Jeon Muda. Itu bukanlah tindakan seorang pemuda yang penakut." Potong Taehyung melanjutkan.

"Aku yakin situasi ini tidak sampai berkembang sejauh itu. Kau membuat kesan seolah semua ini akan-"

"Aku adalah Kim Taehyung, CEO dari Perusahaan Kim Corp, Jungkook. Memangnya kau tak pernah mendengar rumor yang berkaitan dengan namaku?" Mata Taehyung menggelap, dan Jungkook merasakan dingin melingkupi punggungnya.

Rumor? Apa sebenarnya yang dibicarakan olehnya? Ia tidak pernah tertarik dengan gosip, tapi gelar itu terasa tak asing. Jungkook mengamati Taehyung, kepala dimiringkan saat menciba mengingat semua kepingan puzzle.

"Yang pasti aku tak mendengar rumor tentang dirimu yang suka bersembunyi dibalik dibelakang seseorang saat sedang menikmati kesendiriannya." Bahu Taehyunh terangkat, teelihat lebih santai dan beranjak lebih mendekat. "Oh itu kebiasaanku yang baru."

"Apa yang kau inginkan?" bisik Jungkook. "Maksudku.. rasa penasaranmu sudah terpuaskan. Kau sudah mengetahui siapa aku, kau sudah memaksa ku mengakuinya.. membuktikan diri kau bisa-" Jungkook terdiam, enggan melanjutkan, bahwa Taehyung bisa membuat dirinya menginginkan pria itu.

"Aku menginginkanmu," jawab Taehyung, sorotnya menatap penuh minat padanya. "Ap-apa?" Jungkook menggeleng, dan terkikik gugup. Kening Taehyung berkerut.

"Kau menganggapnya lucu?" Jungkook menelan susah payah, menggenggam tangannya lebih erat. "Aku.. aku menduga kau akan melakukan pemerasan terhadapku, Tuan."

"Pemerasan?" Taehyung terlihat bingung. "Mungkin bukan dalam bentuk uang, tapi dalam bentuk lain.." lanjut Jungkook. "Apakah gairah termasuk salah satunya?"

"Kau bercanda, Tuan!" Jungkook duduk disalah satu kursi, lututnya menyerah. "Kau memiliki selera humor yang aneh, Tuan."

Taehyung tersenyum saat mendengar pilihan kata Jungkook. "Aneh," ulang Taehyung, dengan perlahan. "Aku yakin aku bisa menganggapnya sebagai pujian."

"Terserahmu saja mengganggap seperti apa, Tuan." Jungkook menarik napas lagi, memberi tatapan tajam. "Aku.. aku datang kesini untuk menyelesaikan masalah ini denganmu. Un-untuk membuat kesepakatan agar kita melupakannya saja. Aku yakin kau tak ingin melihat skandal sama seperti-"

"Salah," potong Taehyung. "A-apa?" tanggap Jungkook tiba-tiba merasa tak yakin. "Aku sama sekali tidak mengkhawatirkan skandal. Apakah kau mau minuk sesuatu? Whisky? Vodca? atau mungkin Beer?" tawar Taehyung. "Tidak terima kasih!" Jungkook membalas dengan cepat. "Aku tidak mengerti apa yang kau maksudkan.."

Secara sengaja, Taehyung mengalihkan topik pembicaraan. "Apa yang kau lakukan dipesta topeng Tuan Min Yoongi, Jungkook? Apa sebenarnya niatmu malam itu?" mengangkat alisnya sebelah. "Oh!" terkejutan jelas ditunjukan oleh Jungkook. "Aku.. aku rasa ini tidak relevan dengan-"

"Relevan untukku," potong Taehyumh dengan santai, dan Jungkook tiba-tiba teringat peringatan Taehyung tentang betapa berbahaya tindakan Jungkook mendatangi pria ini.

Tatapan Taehyung semakin membingungkan, seolah ia menginginkan dirinya, tapi juga siap mencekik dirinya.

"Aku ingin tahu seperti apa rasanya, menjadi diriku yang bebas di satu malam." bohong Jungkook tak ingin membocorkan rahasianya dengan mudah. Tatapan Taehyung tak tergoyahkan.

"Jadi, malam itu kau kemilih pria secara acak?" tatapan yang sulit diartikan diberikan kepada Jungkook. "Iya! Aku melihatmu, dan berpikir kau.. sangat tampan. Aku tidak pernah berpikir kau akan mencoba menemukanku setelahnya.." menambahkan kembali kebohongannya.

Taehyung berencana untuk menjalankan rencananya, allu membuat Jungkook menuruti kemauannya dengan cara apapun.

Frustasi dan gairah bersatu, kebutuhan yang tak tertahankan untuk memiliki Jungkook, menghukum Jungkook dengan kebohongannya, mencoba menghapus segala jejak Kim Mingyu dari tubuh Jungkook.

Jungkook menatap Taehyung, dengan gemetar dan gelisah, begitu cantik dan menggairahkan sehingga membuat tubuhnya semakin mendamba, dan ia membenci Jungkook karena bisa membuatnya seperti ini.

Taehyung bangkit dan beranjak kebelakang Jungkook, menempatkan tangan dibahunya, meremas perlahan.

"Kau tidak seharusnya-" Taehyung menunduk untuk berbisik ketelinga Jungkook, "Tidak boleh ada kata itu, Kucing manis. Tidak ada kata seharusnya atau sebaiknya disini.

Disini, kita akan menyelesaikan apa yang kita tunda tadi dikebun belakang.. di sini." Lidah Taehyung menyusuri telinga Jungkook. "Disini kucingku tak perlu memakai topeng."

"Oh Tuhan!" jantung Jungkook berdetak cepat mendengar perkataan itu. Tangan Taehyung bergeser, jemari membelai lehernya dengan perlahan, lauu bergerak turun, menyentuh tukang lehernya dan menggoda setiapninci kulitnya yang bisa disentuh pria itu.

Mata Jungkook terpejam saat bersandar dikursi. Jemari Taehyung tak berhenti bergerak, masing-masing membuat lingkaran kecil disana.

Suara Taehyung terdengar, lembut dan dalam ditelinganya, mengirim geataran disekujur tubuhnya. "Buka kancing kemejamu."

TBC~

Lalalalala halo semua~

Ayo pasti mau tahu chap selanjutnya kan🌚 hmm tak usah malu, akui saja XD

Nah Terima Kasih semuanya yang sudah kasih komentar dan votenya hehe.. jangan lupa juga ya untuk diberi komen dan votenya di chapter ini,

Sayang kalian banyak-banyak😚

I Purple U,

Swaggy

Share This Chapter