Chapter 18
The Night Pleasure (Watty's 2021)
Author POV
"Ada apa ini, Park?" Taehyung tak menyia-nyiakan kepergiannya meninggalkan Jungkook sendirian, ia gelisah membiarkan Jungkook sendiri di depan umum.
Ia tahu Jungkook berusaha sekuat tenaga menyembunyikan kegelisahannya, tapi ia tak cukup bodoh untuk tak menyadari itu, kekasihnya itu tak merasa senang sama sekali dengan puluhan perhatian diberikan oleh pengunjung disana terhadap pemuda itu.
"Bukan kebiasaanmu untik memanggil orang dari menikmati pertunjukan hanya untuk mengobrol basa-basi." Wajah Taehyung tampak serius, tak ingin berlama-lama.
"Tae, aku tak akan ikut campur. Kita sudah bersahabat cukup lama." Kecurigaan Taehyung semakin besar. "Apakah kau bermaksud mengayakan bahwa sesuatu sudah terjadi? sejauh yang aku tahu ku kita memang bersahabat, tapi tak menutup privasiku harus kau ikut campur tangan dalamnya bukan.."
"Siapa dia, Taehyung?"
"Memang kenapa?"
"Jelas ini suatu perubahan besar padamu. Kau selaku menjauhi pemuda-pemudi disekelilingmu. Aku ingat ocehanmu yanh tak henti bahwa semua orang penipu dan pembohong, terkecuali kami, sahabatmu. Dan sekarang, kau berjalan menggandeng seorang kekasih?" Jimin melanjutkan perkataannya untuk menjelaskan situasi ini.
Taehyung tahu Jimin hendak mengatakan bajwa kekasihnya bukan pemuda biasa, tapi seorang pemuda pemalu dan membosankan, yang tak banyak diingat orang, tapi siapa pun telah menyebarkan gosip berusaha menegaskan apa yang terjadi.
Seolah Jungkook adalah 'pemuda malang' selanjutnya. "Seorang pria bisa berubah pikiran.."ujar Taehyung santai.
"Siaap sebenarnya Jeon Jungkook ini, Tae?" keseriusan terpancar kembali pada wajah Jimin. "Seorang oemuda cantik yang berada dibawah perlindunganku."
Taehyung berhasil membuat suaranya terdengar tenangm "Kau sekarang menjadi orang yang suka mendengarkan gosip rupanya, Park." nada sindir keluar dari belah bibir Taehyung, merasa lucu bila sahabatnya ini termakan gosip murahan.
Mata Jimin semakin menyipit. Jimin tak akan begitu saja menyerah karena sikap kasar Taehyung padanya. "Dia adalah pemuda yang kau cari di pesta Tuan Min malam itu, benar kan? Kau berusaha sekuat tenaga untuk mencarinya." ucap Jimin membalas perkataan Taehyung.
Meredakan emosinya sebab Taehyung menuduhnya yang tidak-tidak. "Jimin, kuperingatkan kau." Taehyung berucap tanpa meninggikan suaranya.
"Entah bagaimana dia terlibat dalam permainanmu ini." lirih Jimin tanpa sadar. "Memang kenapa bila ia terlibat?" Taehyung tetap pada pendiriannya.
"ini adalah urusanku, sobat." Rahang Taehyung mengeras. "Taehyunh, coba kau pikirkan dengan matang, sebelum semuanya terlambat. Apapun yang kau lakukan untik-" ujar Jimin terpotong oleh Taehyung, "Kita sudah pernah membahas ini sebelumnya," potong Taehyung dengan tak sabar,
"dan jika kau tak lupa, perdebatan kita saat itu berakhir buruk. Aku sama sekali tak berniat mengulangnyam Aku tak mau kau terlibat dalam hal ini, Park." suara Taehyung menegaskan bila Jimin tak berhak ikut dalam hal ini.
Jimin menggelengkan kepala dengan ekspresi tak percaya. "Selama kita bersahabat, kau masih tak mempercayaiku?" Jimin menunjuk dirinya, mempertanyakan kepercayaan Taehyung.
"Aku percaya bahwa sebagai sahabat, kau tak akan menyetujui permainanku ini." Taehyung menyisiri rambutnya dengan jari. " Aku percaya kau tak akan ikut campur dan membiarkan aku melakukan yang sepatutnya ku lakukan."
"Apakah kau berpikir bahwa Mingyu yang telah membunuh Wonwoo? Apakah kau seyakin itu,Tae? Apa yang tak akan kau pertaruhkan untuk permainan bals dendammu itu?"
Taehyung menghela napas, lalu sorot matanya berubah dingin. "Kau mengajukan pertanyaan yang salah Jimin." ucapan Taehyung terdengar sangat dingin di telinga Jimin.
"Oh..?" tanya Jimin sambil menaikan alisnya sebelahm "Dan apa pertanyaan yang benar menurutmu, Kim Taehyung? coba beritahu diriku." kembali mempertanyakan kejelasan dari pernyataan Taehyung padanya.
"Tanyakan kepadaku apa yang bersedia kupertaruhkan.. tanyakan padaku apa yang ku pertahurkan untuk melihat Mingyu hancur karena telah membunuh Wonwoo."
"Baiklah, aku ikuti kemauanmu Tae. Apa risiko yang akan kau ambil? apa yang akan kau berikan?" Senyuman Taehyung membuat Jimin merinding.
"Segalanya, apapun itu dan siapa saja. Peringatan terakhir, Jimin. Jangan pernah ikut campur." penegasan dilakukan lagi oleh Taehyung. Tak menyukai bila sahabatnya menjejakkan diri dalam permainannya.
"Kau bukanlah orang jahat seperti yang berusaha kau tunjukkan sekarang, Taehyung." senyuman getir ditunjukan Jimin.
Merasa gagal sebab tak dibolehkan untuk mengetahui sebenarnya dan agaknya ia ingin Taehyung tak salah langkah. "Tidak semua orang bisa menjadi orang suci. Jimin."
Taehyung membungkuk, pergi tanpa menoleh lagi pada Jimin. Meninggalkan banyak pertanyaan. Menolak melanjutkan percakapan mereka yang terjadi tadi.
Jimin membiarkan Taehyunh pergi. dan memaksa dirinya sendiri untuk menunggu selama beberapa saat agar emosi berkecamuk dalam dirinya mereda.
Pembunuhan Wonwoo secara brutal memang meninggalkan luka terbuka bagi Taehyung. Namu ia tak peduli apa yang ditegaskan oleh Taehyung. Dan Jimin pun tak yakin jika rencana balas dendam Taehyung itu akan menghasilkan sesuatu selain tragedi yang lebih besar.
Namun ia juga ingin tahu bahwa setiap usaha Taehyung untuk memulai kehidupan barunya akan selalu tergoda selama orang-orang masih percaya bahwa Kim Taehyung adalah seorang pembunuh.
Meskipun begitu, Jimin tak bisa memahami rencana rahasia sahabatnya itu, atau bagaimana pemuda pemalu dan membosankan menurut orang-orang, ya Jeon Jungkook, bisa menjadi bagian dalam rencana itu.
Park Jimin mengambil jas miliknya dan menggunakannya, lalu berjalab dengan mantap menuju pintu. Meninggalkan gedung itu dengan setuju pertanyaan di kepala nya.
Taehyung bukan satu-satunya orang yang memiliki anak buah untuk mencari tahu informasi atau tekad untuk menjalankan suatu rencana bukan?
Ia akan mencari tahu sendiri apa yang sebenernya terjadi. Ada setujuan dari Taehyung ataupun tanpa persetujuan darinya.
Dan memang jelas tadi bentuk penolakan nyata yang perlu ia ingat. Karena Taehyung tidak akan bisa dihentikan, menghalalkan segala cara.
Jika begitu, Park Jimin akan melakukan apa yang bisa dia lakukan untuk menjegah hal buruk yang terjadi pada sahabatnya itu. Walau tak menutupi jika suatu saat sahabatnya tau ia terlibat, tapi ini demi Taehyung, Sahabatnya.
~~~
Taehyung kembali menaiki tangga menuju ruang pertunjukan. Merasa menyesal sekali telah mempertaruhkan persahabatannya dengan Jimin.
Tapi ia serius tentang ia bersedia mengorbankan apapun untuk mencapai tujuannya. Dan sekarang ia sudah berjalan terlalu jauh untuk mundur. Taehyung mengangkat kepalanya dan melihat Mingyu menuruni tangga. Ia tahu tidak mungkin menghindari pertemuan ini, ketika Mingyu memperlambat langkahnya melihat siapa yang datang.
"Mencariku?" Ujar Taehyung. "Sama sekali tidak." Mingyu tersenyum puas sebelum berjalan melewati Taehyung. Taehyung menggengam lengan Mingyu.
"Jangan ganggu dia, Mingyu." Mingyu tak berusaha berpura-pura tidak tahu apa yang dibicarakan pria itu. Dan berpura menyangkal dirinya tak menemui Jeon Jungkook. "Aku lihat, kau masihlah Kim Taehyung yang dulu."
"Dia milikku, Mingyu." Taehyung menguatkan cengkramannya pada lengan itu. "Dan kali ini, kau tak akan mendapatkannya." raut kebencian terlihat jelas di wajah Taehyung.
"Kau masih memiliki pikiran salah bahwa pemuda itu adalah sesuatu yang bisa kau miliki dan kendalikan, Taehyung." nada cemooh terdengar oleh Taehyung. "Menurutmu aku harus mempertimbangkan itu?" Taehyung melepas lengan Mingyu.
Mingyu merapikan lengan bajunya. "Iya, itu perlu kau pahami." ujar Mingyu dengan tegas, mereka pun berdua beradu tatapan. "Kau bukanlah seorang guru." Taehyung balik mencemooh pernyataan Mingyu.
"Kenapa tak kau tunjukan saja jika kau memiliki lembaran baru, Kim Taehyung? Tak seperti saat ada Wonwoo, ia memilihku dibanding kau, kenapa kau tak membiarkannya tetap hidup?"
Taehyung mencengkram kerah coat Mingyu dan menghantam pria itu ke sisi tembok. Gerakan yang tiba-tiba membuat Mingyu lengah, dan tak sigap menangkis serangan.
"Jangan berani menyebutkan namanya didepanku!" maki Taehyung didepan jawah Mingyu yang hanya berjarah 15cm. "Kau takut akan bayang-banyang dia, Taehyung? aku tahu kau memang takut hahaha" gelak tawa lepas dari bibir Mingyu, memancing emosi Taehyung lebih dalam.
Taehyung memilih melepaskan Mingyu, merasa jijik dengan sikap sok tahu Mingyu. Mata Mingyu bersitatap dengan Taehyung, sarat akan emosi.
"Ketika kau kembali, aku tak mempercayainya. Tapi sekarang, aku sudah tak sabar untuk mengalahkanmu kembali, Tuan Kim Taehyung." seringaiannya kembali, merasa menang telah memprovokasi Taehyung.
"Kali ini Mingyu, aku tak akan mundur. Jika kau menginginkan apa yang kumiliki, kau harus merampasnya secara terbuka. Dan jika kau gagal, maka aku ingin kau ingat bahwa kau tak pernah bisa mengalahkan aku, Kim Mingyu. Tak akan bisa." Mata Mingyu menyipit saat mendengar ancaman itu. "Darahnya ada ditanganmu, Kim Taehyung."
"Dan ada ditanganmu juga, Kim Mingyu." Taehyung balik membalas. Akhirnya Mingyu yang mundur. Kembali menuruni tangga dan pergi keluar gedung pertunjukan. Taehyung mengamati kepergian Mingyu.
Apakah yang mereka maksud adalah darah Wonwoo? atau darah Jungkook?
Ada rasa sakit didada Taehyung saat pertanyaan itu terbesit dikepalanya. Karena, terpikir olehnya, ia sama sekali tak tahu jawabannya.
Satu-satunya yang ia tahu adalah permainan ini telah berubah menjadi lebih berbahaya.
TBC~
yahahaha~ chapter panjang lagi~ Mianhaeee saranghaeee~ yongseohae~
bagaimana sejauh ini? apakah makin bingung? kalau iya kenapa?
btw thanks untuk vomment sebelumnya, jangan lupa juga untuk vote dan komen kembali pada chapter ini, sayang-sayangku~
Menyayangi kalian sepenuh hati,
I Purple U
Swaggy