Back
/ 32
Chapter 29

Chapter 29

The Night Pleasure (Watty's 2021)

"Aku bukan Taehyung, Jungkook.

Dan aku tidak baik-baik saja." Jungkook terkesiap, saat ia menyadari bahwa ternyata pria itu adalah Kim Mingyu.

Author POV

"Apa yang kau lakukan disini?" Jungkook tercekik oleh bisikan takut itu. "Diaman dia, Jungkook?" Suara Mingyu memecah perang batin Jungkook. "Dimana dia berada?"

"Aku.. sedang mencarinya." Jungkook mundur selangkah, "aku tidak tahu dimana Taehyung, tapi kau harus pergi-" kalimat Jungkook terpotong oleh Mingyu.

"Aku rasa tidak. Kau tau, aku dan Taehyung memiliki urusan yang belum terselesaikan. Dan meskipuj aku harus melewatkan pesta itu karena-" Mingyu bersandar dikursi dengan santai. "Kesalahpahaman finansial. Aku harus menemuinya karena masalah hidup dan mati."

"Sebaiknya aku panggilkan pelayan untuk membawakan minuman atau makanan kecil? Kau ingin apa?" Jungkook beranjak menekan bel dekat pintu kamar.

"Jangan." Satu kata, Jungkook membeku. Ada sesuatu yang dingin dan sangat menakutkan dari suara Mingyu yang membuat Jungkook mematuhinya. "Duduk."

Jungkook gemetar, tapi berjalan kearah kursi kecil yang ada didekat meja rias. "Kau kasar sekali, apapun keluhanmu, kau tidak akan mrmbiat situasi menjadi membaik jika muncul seperti ini, hanya berdua denganku.." tambah Jungkook dengan berbisik.

"Apa kau takut padaku, Jungkook?" Mingyu bangkit dan bergerak mendekat. Jungkook menggeleng. "Tidak, tidak juga. Taehyung tidak.."

"Sepertinya aku gagal meyakinkanmu, dan sekarang entag bagaimana, aku terlihat seperti penjahat disini. Ini tak benar Jungkook." Mingyu menggelengkan kepalanya.

"Kalau begitu pergi dari sini." Jungkook bersikeras. Situasi ini tidak baik untuknya. "Tidak." Mingyu bergerak ketempat tidur. "Kau akan lihatm aku sama sekali tidak membiarkan dirinya lolos. Tidak kali ini."

"Ini tidak benar dan tak masuk akal, kau gila." Air mata sudah menggenang dipelupuk mata Jungkook, ia mencengkram tepian meja rias untuk mengumpulkan tenaga. "Taehyung bukan pembunuh."

"Apakah kau yakin?" Jungkook mulai mengangguk. Oh Tuhan, ia tidak yakin, namun dia sudah membuat keputusan.

Taehyung menyangkal semuanya, dan ia mempercayai pria itu. Dan ia sekarang yakin, siapa yang harus ditakuti atau apa yang harus dipikirkan.

"Tolong..."

"Apakah aku mengganggu adegan romantis kalian, atau aku harus menunggu dilorong sampai kalian selesai?" Suara Taehyung seperti cambuk yang melecut ditengah suasan tegang ini, dan Jungkook memekik terkejut.

"Taehyung! Syukurlah kau ada disini. Tuan Kim Mingyu hanya.." Taehyung sama sekali tak menoleh pada Jungkook, mata itu terpaku pada Mingyu. Ekspresi wajah Taehyung tampak mengerikan.

"Saat aku tidak melihatmu dipesta, aku sudah bisa menduga kau mungkin mencoba sesuatu cara secara diam-diam dan sedikit dramatis, Mingyu." Sindir Taehyung.

"Kau bajingan. Kau sengaja mengatur semuanya dan memengaruhi kenalan kita dalam pestamu, sementara kau memerintahkan pengacaramu untuk melakukan pekerjaan kotor. Ada apa? Kau tak berani menghadapiku secara langsung? Kau tak bisa terima kenyataan, jadi kau memutuskan menghancurkanku dan membungkam mulutku dengan membuatku bangkrut?" Mingyu nyaris meludahi Taehyung. "Kau pengecut teman lama, benar-benar pengecut."

Taehyung menerjang Mingyu dengan tangan kosong, geraman marah terdengar. Mingyu membalas serangan Taehyung dengan melayangkan pukulan diperut Taehyung, dan kedua pria itu berguling ditempat tidur.

Jungkook melompat dari kursinya, hanya untuk menyaksikan mereka berdua saling baku hantam. Entah bagaimana, Taehyung terlihat lebih unggul.

Setelah mendapat pukulan keras diwajahnya, Mingyu terjerembab kebelakang. Tapi Taehyung tak memberi kesempatan. Taehyung menyerang Mingyu setiap ada kesempatan.

"Berhenti! Taehyung kumohon, kau bisa membunuhnya!" Namun kekasihnya tuli, telah dikuasai amarah. Saat Mingyu jatuh kelantai, Taehyung ikut terjatuh, dan memukuli Mingyu tanpa belas kasih.

"Kau membunuh Wonwoo, dasar kau keparat. Dan kau akan membayarnya!" Ujar Taehyung lantang penuh emosi. "Taehyung, jangan!!"

Seolah mengalami mimpi buruk, Jungkook menyaksikan tangan Mingyu terulur untuk mengambil besi perapian. Tangan Mingyu mencengkramnya.

Sebelum Jungkook memperingati Taeyung, senjata itu terangkat dan nyaris menghantam kepala Taehyung. Gerakan itu membuat Taehyung terpental dari tubuh Mingyu, saat Taehyung berusaha menangkisnya.

"Taehyung, kumohon! Sudah cukup!" Mingyu berhasil berdiri. Besi diarahkan ke arah Taehyung, sesaatnya Mingyu menyeringai. "Sepertinya kekasihmu lebih mengkhawatirkan keselamatanku daripada keselamatanmu. Tapi, toh kita todak lagi terkejut, iya kan Taehyung?"

Taehyung menyerang dengan membabi-buta, mustahil untuk diprediksi. Taehyung menggunakan bahunya untuk menghantam Mingyu, sebagai usaha menjatuhkannya. Jungkook menutup wajahnya, tangannya menutup mata, tak sanggup menyaksikan keributan itu.

Namun saat ia mendengar suara aneh, seperti suara rintihan dari Taehyung, Jungkook mengambil resiko untul mengintip.

Semua warna dikamar seolah memudar, saat Jungkook melihat Taehyung bersandar dikursi depan perapian dengan besi tampak menggantung disisi tubuh Taehyung.

Ujung besi itu tertancap dibawah tulang iga Taehyung. Ekspresi wajah Taehyung tampak syok, dan Jungkook tahu ia tidak akan pernah melupakannya seumur hidupnya. Kejadian itu terlalu menakutkan.

Mingyu berdiri, berusaha menahan sakit yang ia rasa, mata Mingyu menatap luka yang dibuatnya di tubuh Taehyung. "Itu yang kau gunakan untuk membunuh Wonwoo, benar? Sungguh ironis, tidak kau berpikir begitu?"

Taehyung menarik besi itu dari tubuhnya, dan menjatuhkannya kelantai. "Aku tidak tahu, Mingyu. Aku tidak berada disana malam itu." Taehyung berujar dengan pelan, menahan sakit, meembuatnya kesulitan berkata.

"Pembohong," tuduh Mingyu kepada Taehyung, lebih pelan tapi dengan kesan putus asa. "Oh, Tuhan," bisik Jungkook melihat darah mulai merembes keluar dari bagian samping tubuh Taehyung.

"Aku tidak berada disana, tapi kau ada." Taehyung menatap Mingyu, dengan emosi yang masih menggebu. "Kau sudah sekarat Taehyung." Mingyu mulai terhuyung, kaki pria itu melemas.

"Tidak." Taehyung menekankan tangan diatas lukanya. Jungkook lari kedepan. "Sialan, hentikan, kalian berdua!" Jungkook mencengkram lengan Taehyung, menarik Taehyung ketempat tidur, air mata membuatnya sulit melihat.

Taehyung tidak menghiraukannya, menyentak cengkraman Jungkook dengan tarikan kuat. Karena tidak siap menerima kekuatan Taehyung, Jungkook terpenyal kebelakang.

Kakinya tersandung lipatan karpet, dan kepala Jungkook menghantam pinggiran meja. Kamar terasa berputar, dan Jungkook tak yakin bagaimana ia bisa sampai mendapati dirinya menatap langit-langit kamar.

Selama beberapa saat, Jungkook terlupakan sepenuhnya dengan kedua pria yang sedang bertarung itu. Rasa sakit yang tajam membuat pikiran berkabut.

"Tuan, apakah kau baik-baik saja?" Sebastian sudah berada disampingnya. Ia ingin mengatakan pada Sebastian bahwa ia terkejut dengan semuanya, tapi pada saat itu ia melihat pistol.

"Se-sebastian?" Jungkook bangun perlahan, yakin semuanya mimpi. Napas kedua pria itu menjadi satu-satunya pemecah kesunyian malam. Jungkook hanya bisa menunggu sampai ia tersadar dari mimpinya.

"Aku membenci kamar ini," cetus Sebastian sambil berbalik sehingga mereka semua terpaksa untuk diam, membeku melihat apa yang ada ditangan Sebastian. "Tapi dulunya tidak."

Taehyung berbicara dengan lebih lembut. "Sebastian, kami.. tidak bermaksud menyakiti Jungkook. Ini masalah antara aku dan Mingyu. Sekarang singkirkan pistol itu."

Sebastian menggeleng, ekspresi wajah pelayan itu tenang, dan tak terusik. "Tidak, kau tak pernah melakulannya dengan benar. Kalian berdua, aku sudah lelah menunggu."

"Menuggu?" Tanya Mingyu, berusaha meniru ketenangan Sebastian. "Untuk apa?" Menuntuk kejelasan dari perkataan Sebastian.

"Dia adalah pemuda paling cantik yang pernah kulihat, seperti malaikat. Dan aku mencintainya." Suara Sebastian terdengar memilukan. "Tapi kau tak mencintainya."

Sebastian mengacungkan pistol kearah Taehyung. "Dia menjadi tunanganmu hanya karena mengincar gelar dan uangmu, tapi kau tidak menghentikannya. Kau tak pernah peduli padanya."

Rahang Taehyung menegang menahan sakit, tapi ia tetap diam. "Kau tahu semua tentang kekasih gelapnya, dan tak melakukan apapun. Dan aku membencimu karnanya. Dia berselingkuh dengan sahabatmu untuk mendapat perhatianmu. Aku juga membenci itu."

Sebastian berbalik, menatap dingin Mingyu. "Kau hanya memanfakaatkan dia, lalu meninggalkannya begitu saja. Aku melihat semuanya, kau menguasainya dan menungganginya sepuasmu, tapi kau tak pernah peduli padanya. Dia bukan pelacur!"

"Tidak." Mingyu menggeleng, kini tampak terguncang. "Dia memang bukan pelacur."

"Aku ingat semua. Dia kesal dan menangis setelah kau pergi. Dan aku memiliki keberanian untuk mengatakan perasaanku padanya. Tapi dia justru menertawaiku. Dia mabuk, lalu dia membuka kakinya lebar, dan berkata aku bisa 'merasakan gratis' jika aku menginginkannya. Ak-aku hanya ingin dia mencintaiku. Tapi dia..."

Cengkraman Sebastian pada pistol mengerikan. Jungkook melihat tangan Sebastian terlalu mantap, tatapan itupun benar-benar dingin dan tajam.

"Aku membunuhnya, dan aku menunggu seseorang untuk menangkapku. Tapi tak pernah ada seorangpun yang melakukannya." Leher Jungkook terasa tercekik. Memahami rasa sakit yang dirasakan Sebastian. Rasanya seperti hidup dalam neraka.

"Sebastian.." Jungkook mengulurkan tangan, secara insting berusaha menenangkan Sebastian. Tapi, tatapan mata Sebastian bertemu dengannya. Ia menyadari adanya kekeliruan disana.

TBC~

Hola... Bagaimana? Apakah semakin tegang dengan situasi yang Jungkook hadapi?

Jangan lupa vomment untum chapter kali ini sayang-sayangku, btw thanks untuk vomment sebelumnya.

Sayang kalian banyak-banyak,

I Purple U

Swaggy

Share This Chapter