Back
/ 32
Chapter 25

Chapter 25

The Night Pleasure (Watty's 2021)

Author POV

Jungkook mendesah saat merasakan air hangat yang menenangkan disekelilingnya, ia memejamkan mata, menurunkan tubuhnya, dan meluruskan kakinya didalam bathtub yang berukir indah.

Rasanya sangat nikmat. Begitu mereka sampai, Taehyung langsung mengurung dirinya diruang kerja dan meninggalkan Jungkook sendirian.

Malam itu terasa sangat panjang dan sepi, membuatnya sulit untuk tidur, saat ia memikir cerita masa lalu Taehyung yang diungkapkan oleh Mingyu, dan gairah Taehyung yang meledak-meledak saat perjalanan pulang kemarin, tetapi setelahnya Taehyung menjaga jarak.

Taehyung tidak mengatakan apa-apa, tetapi jika ia mau jujur, ia juga tidak berusaha mengumpulkan keberanian untuk bertanya langsung pada Taehyung.

Apakah Taehyung bermaksud untuk meyakinkannya bahwa Taehyung tidak bersalah dengan bercinta dengannya? Apakah frustasi yang dialami Taehyung yang membuat pria itu menyetubuhi ia dengan kasar? Apa rasa bersalah telah menipunya sekian lama? Jutaan pertanyaan melayang dikepalanya, yang bisa ia lakukan kini hanya diam, mungkin pada saatnya ia akan tahu seperti apa.

"Dia bermain kasar padamu." Suara Sebastian dari ambang pintu, saat dirimya berdiri untuk memberi privasi kepada majikan barunya. "Jangan kurang ajar, Bastian." Lirih Jungkook sambil merapatkan tubuh, merengkuh badannya.

"Memar bisa bercerita, begitu kata ibu saya. Memang bukan tempat saya untuk memberikan komentar, tapi itu yang terlihat, Tuan. Maafkan saya."

Sebastian membungkuk, kali ini sambil tersenyum. "Saya akan mrnjaga anda, Tuan. Anda tidak perlu khawatir." Jungkook membalas dengan senyuman tipis.

"Saya akan membuatkan salep dan meletakkannya diatas meja. Permisi." Ujar Sebastian kembali. Jungkook menganggukkan kepalanya. Sebastian pun berbalik dan meninggalkan Jungkook untuk menyelesaikan mandinya.

Jungkook mengigit bibirnya, saat melihat banyaknya memar dibeberapa bagian tubuhnya, ditambah warna kulitnya yang putih membuat memar itu semakin jelas terlihat.

Jungkook merona saat melihat memar samar disekitar leher dan pinggulnya. Semua memar terasa sakit saat ia tekan, dan Jungkook semakin merona saat memikirkan bagian tubuhnya yang terasa paling perih sepenuhnya tersembunyi dari pandangannya.

Dengan cahaya matahari pagi yang masuk melalui jendela, sulit dipercaya dunianya menjadi semakin goyah dan aneh.

Setelah menyisir rambutnya, Jungkook mrmperhatikan isi meja riasnya. Disana, teronggok choker berkilau yang diberikan Taehyung dimalam mereka menonton pertunjukan musik.

Ia yakin jika kemurahanhati Taehyung hanya untuk menutupi sisi gelap pria itu. Tragedi sudah terjadi, dimana pria itu kehilangan Tunangannya oleh serangan brutal orang asing.

Jika Mingyu memang pernah berteman dengan Taehyung, maka tuduhan Mingyu pasti terasa lebih menyakitkan untuk Taehyung.

"Apakah aku mengganggu?" Taehyung muncul dibelakangnya, kemunculan Taehyung yang tiba-tiba membuat Jungkook terlonjak kaget.

Taehyung menatapnya dengan sorot yang sinis. "Maafkan aku, aku tak bermaksud untuk membuatmu takut.. lagi." Tanpa berpikir, Jungkook memukul lembut dada Taehyung.

"Kau tidak membuatku takut! Dan berhentilah membuat dirimu sendiri sebagai seorang penyiksa." Jungkook menggigit bibirnya, terkejut dengan keberanian dirinya sendiri.

"Tapi sudah seharusnya kau meminta maaf karena telah mengabaikanku semalam.. tanpa mengucapkan sepatah kata padaku.." Taehyung mundur selangkah, sikap tubuhnya waspada.

"Aku merasa semalam aku bukanlah teman yang baik untukmu, mengingat suasana hatiku yang buruk. Tapi aku akan meminta maaf. Dan aku akan menyerahkan tali kekangnya padamu."

"Tae, kita harus-" ucapan Jungkook terpotong oleh Taehyung dengan cepat. "Aku pikit aku harus melayanimu, Tuan?" Taehyung menarik kursi dibawah meja rias, bergerak anggun selayaknya seorang pelayan pribadi.

"Apa yang kau rencanakan, Kim Taehyung? Kau tidak boleh melakukannya, aku akakn memanggil Sebastian." Jungkook kembali duduk di kursi tersebut.

"Kita sudah cukup banyak bicara." Taehyung beranjak kebelakang Jungkook, sentuhan tangan pria itu terasa lembut dibahunya.

"Baiklah, aku akan mengambil alih tali kekangnya sekarang, Tuan." Jungkook mengulurkan tangan untuk meminta sisirnya, berperan menjadi majikan yang  galak, tidak terpesona oleh pelayannya.

"Kau sudah memegangnya, Tuanku." Taehyung mencodongkan tubuh kedepan dan mencium Jungkook. Kali ini dengan sangat lembut. Taehyung melumat mulut Jungkook, sampai pria itu merenggut desahannya. "Lihat, kan?"

"Kau memang keterlaluan." Goda Jungkook sambil bertanya-tanya apakah ia bisa benar-benar memenangi pertarungan dengan pria penggoda itu.

Dengan menggunakan sisir, Taehyung mulai membelai rambut hitam Jungkook yang masih basah. Setiap ada kesempatan, Taehyung akan menyentuh leher dan kulit kepala Jungkook dengan jemarinya. Menambahkan kenimatan yang lebih besar pada kegiatan sederhana ini.

Semalam, saat didalam kereta kuda, Taehyung telah bersikap sangat kasar kepada Jungkook, dibutakan oleh gairah dan emosi yang berkecamuk dalam hatinya.

Rencana Taehyung malam itu berjalan cepat sesuai dugaannya. Namun bukannya mendapatkan pertukaran informasi antara Jungkook dengan Mingyu, justru Mingyu sedang menceritakan tragedi dimasa lalu mereka.

Mingyu pun sama sekali tidak berusaha melindungi kekasihnya dari perasaan takut, justru menegaskan tentang julukan Taehyung dulu, Deadly CEO.

Taehyung hanya mendengar bagian terakhir, saat Mingyu berniat menjadi pahlawan dan menyelamatkan pemuda perjaka dari sarang singa.

Taehyung pun sudah menduganya. Melihat kedekatan mereka berdua dibalik bilik tersebut, kecemburuannya jauh lebih besar daripada yang ia akui.

Dengan memiliki Jungkook, Taehyung berharap bisa memyingkirkan Mingyu dari pemikiran pemuda itu.

Fakta sederhana bahwa Mingyu tiba-tiba membawa Jungkook keatas tempat tidurnya menegaskan bahwa kecurigaannya memang beralasan. Sejauh yang dinilai Taehyung, keduanya bersikap sejalan.

Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah yang akan Mingyu lakukan selanjutnya.

Apakah mengulang masa lalu? Atau menyeret Taehyung kedalam jurang yang lebih dalam?

Apapun itu, Taehyung sama sekali tidak terkejut. Kecuali Jungkook. Jungkook terlihat sangat bersalah ketika Taehyung menarik tirai itu, kemudian Jungkook gemetar disisinya, saat ia membawa pemuda itu pergi dari acara.

Dan tekad Jungkook hampir goyah. Tidak peduli peran Jungkook dalam penipuan ini, Taehyung telah memanfaatkan Jungkook untuk mencapai tujuamnya sendiri, dan perasaan bersalah mulai menggerogotinya.

Didalam mobil pun, sekali lagi Taehyung harus mengenyahkan Mingyu dari pikiran Jungkook, setiap insting didalam dirinya ingin mempertahankan Jungkook, untuk melindungi dan disaat yang bersamaan menghukum Jungkook,  karena memihak Mingyu serta menyimpan rahasia darinya.

Jika Jungkook melawan dan meninggalkannya, ia akan merasa lebih lega. Rasa lapar dirinya terhadap Jungkook sepertinya tak akan berkurang, bahkan ketika darahnya berdesir untuk memiliki Jungkook, pemuda itu tetap menjaga sebagian dirinya berada dari jangkuan Taehyung.

Jungkook menyadarkan kepala di tangan Taehyung dan Taehyung tersenyum melihatnya. Dalam banyak hal, Jungkook terlihat seperti kucing, secara sensual selalu mencari kenikmatan, dan tanpa lelah mencari kepuasan.

Namun waktu semakin terbatas. Taehyung bukanlah pria yang sabar. Dan lebih buruknya, ia semakin terikat dengan Jungkook. Permainan harus berakhir... Dengan harga setimpal.

"Omong-omong aku memutuskan akan mengadakan pesta besar disini, minggu depan." Tiba-tiba Taehyung berucap dibelakang Jungkook.

Mata Jungkook membelalak, ekspresi wajahnya terlihat ngeri. "Pe-pesta.. pesta besar? Disini?!" Jungkook balik menatap Taehyung penuh keterkejutan.

"Iya, memutuskan untuk membuktikan padamu bahwa kau juga bisa menjadi tuan rumah yang mengagumkan." Taehyung menyisiri rambut Jungkook dengan sangat lembut dan berhati-hati.

"Besok, aku akan meminga penjahut untuk membawakan model busana terbaru. Sesuatu yang akan terlihat cocok dikenakan oleh kekasihku agar menarik perhatian." Ujar Taehyung lebih lanjut, dengan senyuman penuh arti terus tersungging apik dibibirnya.

"Aku sudah mempunyai banyak pakaian untuk pesta Tae.. dan seminggu tidak akan cukup untuk-" ucapan Jungkook terpotong kembali. "Musim hampir berakhir dan aku ingin memberimu malam yang tidak pernah kau lupakan." Taehyung melihat wajah Jungkook memucat dan membuatnya seberapa tajam insting Jungkook.

"Tae, kita harus membicarakan ini." Jungkook melepaskan dirinya dan menghadap Taehyung. "Jika itu maumu." Taehyung meletakkan sisirnya.

"Tae, kumohon, ceritakan padaku tentang Wonwoo." Meskipun Taehyung tak terlihat terkejut, tapi Jungkook bisa merasakan tubuh Taehyung menegang. "Tidak."

"Karena apa?" Taehyung mencondongksn tubuhnya kefepan, perhatian pria itu terfokus padanya.

"Karena kau bajingan! Aku membayangkan kau pasti mematahkan banyak hati muda-mudi atau ikut berjudi. Aku tidak pernah berpikir.. dan sekarang kau menolak mengatakan apapun tentang Tunanganmu."

"Kenapa aku harus menyangkal kebohongan yang diciptakan Kim Mingyu? Bagaimana aku bisa tahu bahwa sikapmu yang naif sekedar pengalihan dari masalah yang tidak ingin kau bahas bersamanya? Apakah itu yang dilakukan seorang pemuda yang kesepian? Duduk bersama dan bergosip tentang rahasia kotor orang lain dan kehidupan yang lebih menarik?" Terlambat, kata-kata Taehyung terlalu menyakitkan daripada yang ia ingin ungkap.

Jungkook terlihat semakin pucat dan gemetar didepan Taehyung. "Ah iya benar, Bagaimana aku bisa menolakmu?" Jungkook tertawa miris.

"Bagaimana, tanpa misteri mengenai dugaan bahwa kau seorang pembunuh, kau bisa memancingku ketempat tidurmu? Menggunakan kepribadianmu yang memesona tidaklah cukup."

Taehyung menunduk. "Aku bukan pembunuh." Jungkook berusaha memikirkan apa yang sebaiknya ia katakan.

"Ah jangan terburu-buru percaya padaku, Jungkook." Taehyung bersikap tak berpengaruh dengan pembicaraan mereka.

"Jelas sekali, kebohongan Mingyu sudah merayap dalam hatimu. Tapi kau tidak perlu menunggu sampai dia memiliki kesempatan untuk menambahkan bab baru kedalam cerita fiksi yang dia ciptakan. Atau kau lebih memilih versi ciptaan Mingyu?"

"Aku lebih memilih kebenaran." Jungkook tidak tergoyahkan. "Katakan padaku, Tae. Katakan lagi kenapa aku berada disini?"

Kesunyian berlangsung beberapa saat. "Karena aku menginginkanmu berada disini." Taehyung tidak bisa menceritakan teorinya tentang Mingyu dan rencana balas dendamnya.

Jungkook pasti akan menceritakan semua pada Mingyu dan semuanya akan gagal.

"Kau bukanlah monster yang tidak berperasaan Taehyung. Tapi kau tidak bisa melupakan semua itu tanpa terselesaikam. Kumohon Taehyung. Jika kau dihantui masa lalumu.." ucapan Jungkook melirih diakhir kalimatnya. "Jungkook-"

"Apa yang harus kulakukan untukmu? Kau bilang kau menginginkan aku, tapi kemudian.. kau seolah menjauh dariku. Dan aku merasa bingung dengan semua ini. apapu masalahmu dengan Mingyu, apapun yang terjadi di delapan tahun lalu. Kenapa kau tidak bisa mengatakan yang sebenarnya padaku?" Air mata mengenang di pelupuk mata Jungkook.

Dan Taehyung mengundurkan cengkramannya, menarik Jungkoik lembut dalam dekapannya. Taehyung membelai rambut Jungkook yang masih lembap dan mendekapnya protektif.

"Tinggallah." Akhirnya hanya itu jawaban yang diberikan Taehyung sambil melihat pantulan dirinya yang dingin di cermin belakang mereka, sementara suaranya berubah hangat.

"Sebuah kenangan dari penyiksaan yang kualami selama bertahun-tahun, Jungkook. Kau tidak mau tahu atau tidak peduli kebohongan mengerikan masalaluku."

Taehyung mencium puncak kepala Jungkook. "Kumohon, sayang, lupakanlah sekarang ini. Aku berjanji.. suatu hari aku akan menceritakan semuanya dan menjawab semua pertanyaanmu, tapi sekarang, biarkan aku memiliki kebersamaan kita tanpa terusik dengan semua itu." Jungkook mengalah dengan menyerukkan wajahnya ke leher Taehyung."

"Untuk sekarang..."

TBC~

heyahhhh... Kembali lagi :)

Nah kan panjang juga nih akhirnya pada Chapter ini, bagaimana makin rumit tidak menurut kalian? Apakah pilihan yang akan Jungkook ambil? Tetap tinggal lebih lama, atau mendengarkan nasihat dari Mingyu?

Jangan lupa Vomment nya sayang-sayangku~ dan terima kasih untuk vomment sebelumnya...

Menyayagi kalian sangat banyak

I purple U

Swaggy

Share This Chapter