Chapter 22
The Night Pleasure (Watty's 2021)
Author POV
Acara makan malam berlangsung dengan elegan. Sesuai dengan janji Taehyung pada Jungkook mengenai menikmati waktu mereka sebagai sepasang kekasih selama musim ini.
Taehyung berjanji akan mengajak Jungkook kesebuah hotel milik asistan pribadinya di kantor sekaligus sahabatnya, Jung Hoseok. Taehyung mengatakan jika malam ini akan menjadi upaya dirinya untuk lebih bermasyarakat dan meredakan gejolak masa lalunya.
Malam ini Jungkook menggunakan setelan semi casual, perpaduan long coat berwarna coklat dengan kemeja warna baby blue dan celana bahan berwarna cokelat menjadi pilihannya untuk pergi ke acara tersebut.
Sedangkan Taehyung seperti biasa, menggunakan jas hitam, dipadu t-shirt bermerk Gucci berwarna putih, merk favoritenya, dengan celana bahan berwarna hitam, dan rambutnya yang dibiarkan sedikit berantakan. Tatanan rambut itu tak mengurangi sedikitpun ketampanannya.
Jungkook merasa yakin ia akan menjadi pemuda yang paling tidak menarik dan membosankan di acara makan malam ini. Namun tatapan Taehyung yang tampak memujanya, dapat membuat dirinya lebih percaya diri.
Taehyung mampu menenangkan kegelisahannya, saat mengajaknya menuju ke aula. Taehyung meremas tangannya. "Kau indah, Jungkook." Panas menjalar ke pipi Jungkook. Taehyung tau cara membuat dirinya lebih baik.
"Jungkook, duduklah disini, tunggu aku, aku ingin menyapa kolegaku diujung sana, tak apa?" Taehyung menatapnya penuh khawatir. Jungkook membalas dengan senyuman kecil.
"Tak apa, pergilah, aku akan baik-baik saja." Taehyung menghela napas panjang, ia tak bermaksud ingin meninggalkan Jungkook begitu saja, hanya ingin menyapa teman lama dalam dunia bisnisnya. Sebelum pergi, Taehyung menyempatkan diri untuk mengecup pelipis Jungkook singkat.
Jungkook memerhatikan langkah Taehyung yang semakin menjauh. Taehyung tampak gagah dan menawan walaupun terjebak diantara kumpulan orang-orang dlam acara ini. Sama sekali bukan kebiasaan Taehyung, tapi masih ingat bila ingin menjadikan musim ini lebih memuaskan untuk Jungkook.
"Kau menikmati acara malam ini?" Napas Jungkook tercekat, saat mendengar pertanyaan itu dan suara yang familiar ditelinganya. Mingyu muncul dari arah belakangnya, dari bakik tikungan aula yang tertutup tirai.
Jungkook mengamati dengan syok, saat Mingyu menghampirinya, terlihat tampan dan anggun. Akhirnya, Jungkook menemukan kembali suaranya. "Aku tak tahu jika ternyata kau kan berada disini. Aku tak yakin aku akan setuju datang jika aku mengetahui ini."
"Tolong jangan menyalahartikan tindakanku, Jungkook," ujar Mingyu tenang. "Tapi aku tak yakin kau pantas mendeskripsikan orang. Seorang pemuda yang hidup dengan skandal tak pantas bersikap seperti ini. Lagi pula, aku bukan hendak merayumu. Kita harus bicara."
Raut wajah Mingyu nampak serius. "Kau tak perlu melakukan apapun, Tuan. Kita sudah bicara di gedung petunjukan, dan aku yakin aku sudah mendengar apa yang ingin kau katakan."
Senyuman Mingyu terlihat mengerikan, saat pria itu mendekat padanya. "Kau tak boleh memiliki kesan semacam itu, Jungkook. Aku belum memiliki kesempatan untuk-" ucapannya terpotong. Jungkook melangkah mundur.
"Tidak, ada sesuatu yang salah anatar kau dan Taehyung, berkaitan dengan masa lalu. Aku tak mau terlibat dengan masalah apapun yang kalian miliki." Jungkook menegakkan bahunya. "Aku harus harus pergi menyusul-"
"Masalah ini tak bisa ditunda, Jungkook. Dan meskipun aku berharap bisa mendapatkan kepercayaanmu, dan bisa berteman denganmu, sebelum aku mengatakan yang sebenarnya," mata Mingyu menyipit saat berjalan mendekat, "aku tak bisa hidup dengan konsekuensi yang aku tahu akan terjadi."
Jungkook semakin bingung dengan arah pembicaraan pria ini. "Konsekuansi apa yang kau bicarakan?" Jungkook mulai tak sabar dengan permainan misterius Mingyu, tetapu rasa penasaran mencegahnya pergi dari sana.
"Ayo ikut dengaku. Kita harus berbicara secara pribadi." Mingyu meraih tangan Jungkook dan dengan lembut membawanya menyusuri loring. "T-tidak.." Jungkook berusaha menolak ajakan ini.
Ia tak ingin kepergok kembali bersama Mingyu, tapi ajakan ini semakin membuatnya penasaran. "Kim Taehyung akan marah sekali." Masih menahan gerakannya untuk menjauh dari tempatnya duduk. "Justru Taehyung-lah yang hendak kita bicarakan disini."
Jungkook terpaku, memberi kesempatan Mingyu untuk membawanya kesebuah bilik di lorong lainny. Bilik yang hanya diterangi lilin, mengingatkannya pada kejadian lalu yang pernah ia lakukan bersama Taehyung.
"Dia akan membunuhmu, Jungkook." Syok dan jantungnya berdetak sangat cepat, protes menyebar keseluruh tubuhnya. "Kau gila.." Mingyu menariknya untuk duduk salahsatu sofa disana.
"Meskipun perkataanku terdengar tak masuk akal, aku sama sekali tak mengerti kenapa kau syok saat mendengar peringatan tentang Deadly CEO, Jungkook." Perempatan kerutan muncum dikening Jungkook. Ia tak paham sungguh. Mingyu menyadari kebingungannya.
"Deadly CEO, apakah kau sama sekali tak mengetahui masa lalunya?"
Deadly CEO. Ia pernah mendengar desas-desus ini, namun dirinya bukanlah orang yang memperdulikan gosip, dan dirinya sudah bertahun-tahun yang lalu sejak mendengar cerita itu. Oh ya, seorang pria kaya raya, dan berkuasa melakukan pembunuhan brutal pada...
Mata Jungkook membelalak. Mingyu meremas tangannya. "Taehyung membunuh tunangannya sendiri dan menyogok pihak berwajib agar tak diusut. Dia pun meninggalkan Seoul untuk menghindari kritikan masyarakat dan baru kembali belum lama ini, mungkin dia berpikir uang dan gelarnya dapat mengembalikan posisinya di tengah masyarakat."
Mulut Jungkook terbuka sedikit, berusaha menutupi keterkejutannya. "T-tidak... Taehyung tak mungkin melakukannya. Dia tak akan melakukan hal semacam itu."
"Jangan naif, Jungkook." Jungkook menegang, menarik tangannya dari genggaman tangan Mingyu. "Kenapa kau mengatakan hal ini? Memang siapa kau berani mengorek duka orang lain atau bertekad menegaskan padaku bagaimana tunangan seseorang meninggal?" Mingyu menggelengkan kepalanya.
"Taehyung dan Wonwoo adalah temanku, Jungkook. Jangan pernah menipu dirimu sendiri bahwa tunangan Taehyung mati dalam tidurnya karena sakit atau semacamnya. Wonwoo terbunuh secara brutal dan Taehyunglah yang bertanggungjawab atas itu." Ujarnya dengan nada datarnya.
"Itu adalah kebohongan, Taehyung tak akan pernah-" ucapan Jungkook terpotong. "Aku ada disana, Taehyung membunuh Wonwoo, Jungkook. Dengan brutal. Mayatnya ditemukan pada malam itu, dipukuli hingga tewas." Mingyu mengguncang tubuh Jungkook.
"Kau sendiri telah melihat betapa pencemburu dan posesifnya dia. Kau pasti tak bisa menyangkal apa yang diperingatkan oleh instingmu sendiri."
"Jika memang begitu, kenapa ia diizinkan pergi ke Amerika, harusnya ia ditahan dan dihukum." Suara Jungkook bergetar ketika mengucapkan hal yang masih menjadi misteri untuknya itu.
"Tak ada satupun yang mau bersaksi saat Taehyung mengaku tidak bersalah dan bersandiwara sebagai tunangan yang berduka." Ucap Mingyu. "Tak ada seorang pun kecuali dirimu." Tuduhan terlontar dari mulut Jungkook.
"Pembunuhan itu terjadi dikamar Wonwoo, Jungkook." Pembelaan diberikan Mingyu. "Tapi bagaimana dengan para pelayan, apa mereka tak mendengar jeritannya?" Lirih Jungkook, sesuatu seperti menyumbat kerongkongannya.
Sangat sulit menerima semuanya. "Mereka diminta untuk pergi malam itu, untuk memuluskan rencananya, tak bisa kah kau mengira hal itu?"
"Tak bisa." Suara Taehyung terdengar seperti sambaran petir yang membuat mereka terlonjak bersamaan. Jungkook memekik dan melompat bangun saat Mingyu melepaskannya.
Tak akan ada yang membuat Taehyung marah, selain memergokinya dalam situasi seperti ini. Sekitar mereka mendadak terasa dingin, terutama pada kulitnya.
Mata Taehyung menatapnya tajam, rasa beralaah membuat pipi dan lehernya memerah.
"Taehyung!"
TBC~
EYYO! Kembali lagi guys, dengan short chapter hehehehe...
Gimana menurut kalian tentang chapter ini? Apakah Taehyung pelakunya? Apakah Jungkook akan menjauhi dan membatalkan kesepakatan antara dirinya dan Taehyung?
Btw thanks untuk vomment di chapter sebelumnya, dan jangan lupa untuk beri Vomment di chapter ini ya, thanks a lot :3
Sayang kalian setinggi langit
I Purple U
Swaggy