Bab 699
Ruang Untukmu
Bab 699 Pemandangan di hadapan Salsa membuat pupil matanya membesar.
Bukankah dia sudah pergi dengan mobil?
Mengapa dia kembali untuk menemukannya?
âApa ada yang salah?â Aiya bertanya dengan suara beratnya. Pada saat yang sama, dia melihat wajah Salsa sudah memerah, jadi dia menyadari sesuatu dan meletakkan telapak tangannya yang besar di dahi gadis itu.
Sensasi terbakar segera membuatnya terkejut. Setelah memeluknya, Arya pun mengomel, âApakah kamu bodoh?â
Salsa dimarahi, tapi kenapa dia merasa seperti dicintai? âSaya tidak ingin menyusahkan kalian.â
Detik berikutnya, Arya sudah menggendong Salsa dan berjalan cepat menuju kendaraan roda empat itu.
Saat Meila menengok ke belakang dari kaca spion, kukunya hampir menembus jok kulit mobil. Apa yang telah dilakukan Salsa sampaiâsampai Arya bisa memeluknya?!
Begitu pintu terbuka, Arya berkata kepada Meila, âDuduklah kursi depan.â
âKenapa?â
âDia sedang sakit. Kita akan pergi ke rumah sakit,â jawabnya dengan suara rendah.
Meila menggertakkan giginya dengan kebencian di hatinya. Apa hubungan dirinya dengan Salsa yang sakit?! Kenapa Meila harus bertukar tempat duduk dengan Salsa?
Karena kalimat Arya terdengar seperti sebuah perintah, akhirnya dengan enggan Meila pindah ke kursi penumpang. Begitu menoleh, dia bisa melihat Arya yang menggendong Salsa seolah dia adalah seseorang yang sangat berharga baginya.
Setelah mencari rumah sakit terdekat, pengawal itu pun segera pergi ke sana.
Di ruang gawat darurat rumah sakit, Arya menggendong Salsa yang sedang demam tinggi. Sangat buruk sehingga suhu tubuhnya melonjak hingga 40 derajat selsius.
Dokter segera mengambil tindakan darurat untuk menurunkan demamnya. Di ranjang rumah sakit, segera dipasangkan infus di tubuh Salsa, yang membuat kulitnya yang halus semakin panas dan kering untuk disentuh.
Sementara Meila menunggu di mobil, dia pun mulai merasa kesal. Gadis itu berharap kalau dia juga bisa menderita penyakit yang tibaâtiba seperti itu sehingga Arya akan merasa simpati dan merawatnya.
Pada saat itu, si pengawal kembali ke mobil dan berkata kepada Meila, âPak Arya ingin saya mengantarkan anda pulang terlebih dahulu.â
âApa? Apa dia akan tetap tinggal dan merawatnya? Kenapa saya harus membiarkan Arya merawat gadis itu?â Meila pun menyumpahi dengan marah.
Secara alami, pria itu tak berani berbicara, jadi dia hanya menyalakan mesin mobil dan pergi dari rumah sakit.
Di kamar rawat inap, Salsa, yang menerima infus untuk menurunkan demamnya, terlihat sangat rapuh.
Rambut hitamnya tergerai di atas bantal dan kulitnya tampak memucat merah karena demam, tapi sekarang dia sudah tertidur lelap.
Arya duduk di kursi samping tempat tidur dan meletakkan dagunya dengan tangan yang terlipat.
Tatapannya tertuju pada Salsa yang sedang tidur, tetapi tak ada yang tahu apa yang sedang ada dalam pikirannya.
Di bawah lampu pijar, sepertinya sikap acuhnya yang biasa telah berubah dengan aura kehangatan dan kelembutan. Arya tidak pernah menunjukkan sisi dirinya yang seperti ini kepada orang luar mana pun kecuali keluarganya.
Jika Salsa sedang terjaga, dia pasti akan melihat perbedaan dalam sikap Arya.
Namun, gadis itu terlalu lelah dan obat dari infus juga membuatnya mengantuk.
Pada saat ini, telepon Arya terdengar berdering, yang membuatnya begitu terkejut, tetapi dia segera mengangkat telepon dan mematikan suaranya. Ketika melirik nomor si penelepon, dia berjalan ke koridor dan menjawab teleponnya. âNenek!â
âSaya sangat merindukanmu, jadi saya memutuskan untuk membawa abu kakekmu lebih awal.
Penerbangan saya akan tiba besok sore.â
âApa? Besok sore?â
âKenapa? Kenapa kamu terdengar sangat terkejut? Apakah kamu tidak merindukan saya?â wanita tua itu bertanya sambil tersenyum.
âTentu saja saya juga merindukanmu.â
âSampai jumpa di bandara besok siang kalau begitu! Datanglah dan bawa pulang kakekmu.â
âTentu!â
Setelah menutup telepon, Arya agak mengangkat alisnya seolahâolah dia tibaâtiba saja teringat sesuatu yang memalukan.
Salsa tidur sampai dini hari dan demamnya pun akhirnya mereda. Selain rasa kantuk akibat demam tinggi, dia sudah merasa sedikit lebih baik.
Perawat yang datang untuk mengganti infusnya langsung menyambutnya dengan senyuman. âKamu sudah bangun, Nona. Pacarmu baru saja pergi, tapi dia akan segera kembali.â
Setelah mengatakannya, dia pun memandang Salsa dengan iri. âPacarmu benarâbenar tampan.â
Salsa tahu siapa yang dibicarakan oleh perawat itu, jadi dia menjelaskan, âDia bukanlah pacar saya.â
âOh? Apakah dia punya pacar?â Perawat itu berkata dengan rasa penasaran yang luar biasa sebelum menyadari bahwa itu adalah pertanyaan yang tidak pantas dan dengan cepat meminta maaf, âMaaf karena Salah mengira pria itu sebagai pacarmu.â
ala Faktanya, perawat itu juga berpikir bahwa gadis yang sedang beristirahat di ranjang rumah sakit itu memiliki kulit putih dan fitur wajah yang lembut yang merupakan kecantikan yang langka!