Bab 112
Empat bayi Kembar Kesayangan Ayah Misterius
Bab 112 Pintu terbuka, dan kedua bocah itu masuk kedalam.
âIbuâ¦..â
Javier dan Xavier berjalan memasuki ruangan dan melihat Samara yang terbaring di ranjang pasien dengan wajah memerah.
Sejak Xavier menjadi bintang cilik, dia sering menghabiskan waktu untuk syuting diluar.
Dan saat dia mendapat kabar dari Javier kalau ibunya terluka, dia bergegas datang dari lokasi i syuting.
âIbuâ¦apakah lukamu serius?â Xavier melepas kacamatanya dan bertanya dengan cemas : âApakah kamu demam? Ibu, kenapa wajahmu merah sekali?â
Javier juga menghampiri : âBenar kata kakak, wajah ibu merah sekali!â
Samara tersentak oleh pertanyaan itu, dan memegang wajahnya dengan perasaan bersalah.
Dia tidak demam, tapi alasan kenapa wajahnya merah juga tidak bisa dia beritahukan kepada kedua bocah itu.
Dan saat Samara kewalahan, Asta melangkah keluar dari kamar mandi.
âIbu kalian tidak demamâ¦.â Asta menggulung lengan kemejanya dan menatap Samara dengan mata tajamnya : âDia hanya sedikitâ¦.kepanasan, jadi suhu tubuhnya sedikit panasâ¦.â
Samara melebarkan matanya dan menatap Asta dengan tidak percaya.
Kalau bukan karena pria ini menahannya dalam pangkuannya tadi, mana mungkin wajahnya menjadi merah seperti sekarang ini?
Tapi dia tidak berdaya, dia juga tidak bisa mengatakan hal yang sebenarnya, jadi dia hanya bisa mengiyakannya.
âIni kan ayah tâ¦..â Xavier merasa kalau dia akan salah bicara, jadi dia segera mengubah kalimatnya :
âEhâ¦.paman Asta?â
âBenar! Dia orang yang kuceritakan padamu waktu itu.â Javier berusaha tenang : âKakak, karena waktu itu kamu sedang syuting, jadi tidak pernah bertemu dengannya, hari ini kebetulan bisa bertemu.â
Xavier menatap Asta lalu menilainya, dan disaat bersamaan Asta juga sedang menilai Xavier.
Meskipun Xavier dan Javier adalah kakak beradik, tapi mereka juga merupakan anak kembar.
Javier saja sudah cukup tampan, tapi Xavier jauh lebih tampan dibandingkan dengan adiknya, wajahnya lebih halus dan sempurna, âKalianâ¦..â
Samara menatap Asta, lalu menatap Javier dan Xavier.
mar CY Sebelumnya dia sudah merasa kalau Javier mirip dengan Asta, tapi sekarang setelah membandingkannya dengan Xavier, sepertinya Xavier juga mirip dengan Asta.
Dia sangat bingung, tapi dia juga merasa kalau tebakan dalam hatinya yang tidak mungkin itu bisa saja benar.
Asta dan diaâ¦.
Gila!
Tidak mungkin, tidak mungkin!
Pria yang merebut keperawanannya malam itu, bisa siapa saja, tapi tidak mungkin Asta.
âApa yang ingin kamu katakan?â Asta mengangkat alisnya dan bertanya : âAda apa dengan kami?â
âSaya ingin bertanya, kalian ingin makan apa?â Samara memilih untuk tidak mengatakan hal-hal yang berbahaya, dia mengelus perutnya dan berkata dengan lemas : âSaya laparâ¦â
Asta bertanya kepada Javier dan Xavier : âKalian mau makan apa?â
âSaya mau makan ayam.â
âSaya mau makan ikan.â
Asta mengangguk kecil : âBaik, saya akan menyiapkannya.â
Dia berbalik dan hendak keluar dari kamar pasien, Samara mengernyit lalu bertanya : âAsta, kenapa kamu tidak bertanya padaku?â
Asta bahkan tidak menoleh : âKalau kamuâ¦.makan bubur saja.â
Setelah Asta pergi, Javier dan Xavier langsung berbaring di ranjang pasien dan mengelilingi Samara dari kedua sisi.
âIbu, ibuâ¦â Javier melihat dengan matanya sendiri sebanyak apa Samara berdarah, jadi dia bertanya dengan khawatir : âApakah lukamu benar-benar tidak serius?â
âSebenarnya sedikit sakitâ Samara tersenyum : âTapi karena hari ini saya bisa bertemu dengan dua kesayanganku, sekarang sudah tidak sakit lagi.â
Tapi sayangnya, Javier dan Xavier tidak tertipu.
Javier berkata dengan serius : âIbu, kami ini sudah lima tahun, bukan anak kecil berusia tiga tahun lagi.â
âJelas-jelas kamu takut sakitâ¦.â Xavier berkata dengan sungguh-sungguh : âBerlagak apa lagi? Kamu sudah memanggil kami berdua kesayanganmu, tapi tidak mau berkata jujur pada kamiâ¦.â
Samara mengerutkan hidungnya.
Perkataan kedua anaknya ini membuat dia merasakan kehangatan yang membuat tenggorokannya sedikit tersedak.